PaperArtist_2015-08-14_01-22-21

 

Your Magical Sound

Alternative Title : A girl who can see a ghost

Author : Kunang | Main Cast : Juniel/ Xi Junhee (covered by Park Boyoung), Kai/ Kim Jongin (EXO), Yook Sungjae (BtoB), Support Cast: Xi Luhan (EXO), Jeon Hyoseong, Park Chanrin, Oh Sehun, another cast you will be find it | Length : multichapter | Genre : romance, drama, friendship, fantasy, business entertainment| Rating  : PG-15

Disclaimer       :  Juniel, Kai, dan Sungjae milik mereka sendiri.. Cerita ini murni milik dari carefree- happy- chicken maniacKunang plagiat jauh-jauh sana sebelum dilempar pake standing mic sama Kai.

 

1st Chapter – Encounter

Amnesia

(From Greek, meaning “forgetfulness”; from (a-), meaning “without”, and (mnesis), meaning “memory”, also known as amnesic syndrome, is a deficit in memory caused by brain damage, disease, or psychological trauma. Amnesia can also be caused temporarily by the use  of sedatives and hypnotic drugs.- (source : wikipedia)

—– 0000 Juniel Pov 0000—–

Shanghai, China

 

“Haahhh…………..drama banget!” aku mengeluh sembari menghela nafas panjang ketika melihat tayangan drama di TV,  adegannya tak lain seorang namja berbalut jas putih yang sepertinya berusia setengah baya sedang menjelaskan jika aktris pemeran utamanya mengalami amnesia. Aku melirik ke sebelahku, memberi ekspresi sebal tepat ke arah namja bertubuh kurus yang menatap balik ke arahku dengan intensnya. Sudut bibir kanannya naik sedikit, sepertinya ia sudah bisa apa yang sedang aku pikirkan.

Yook Sungjae, kadang aku berpikir dia memiliki kemampuan mind reader atau semacamnya.

“Apa? Kau mau protes?” kata namja di sebelahku sambil melipat tangannya “Lihat di drama itu si gadis tidak hanya amnesia, tapi setelah amnesia dia memiliki kemampuan khusus, dia bisa melihat wujud ‘aroma’ dengan kedua matanya, bukan kah itu mirip denganmu Juniel? Dia bisa melihat ‘aroma’ dan kau bisa melihat ‘aku’ hahhahaha, kau jauh lebih beruntung! Setidaknya karena aku tampan”

Baiklah, tampaknya aku terlalu berlebihan mengira dia bisa membaca pikiranku.

Aku memalingkan wajahku darinya sebelum Luhan gege datang dan menganggapku gila karena berbicara sendiri atau seolah melihat hal yang seharusnya tak tampak di depan mataku. Aku tak ingin melihat lagi tatapan bingung dan khawatir dari wajah tampan kakak kesayanganku itu.

“YAA! XI JUNIEL! Harusnya kau berterima kasih padaku! Aku sudah repot repot mencari referensi banyak drama dengan tema amnesia untuk membantu mengingat memori kita masing-masing, coba kurang baik apa diriku ini? Sekarang kau malah mengabaikan aku!”

Sungjae-sshi! Bukankah kau hanya ingin nonton drama? Diam dan tonton saja apa yang di depan matamu!” balasku kesal, Sungjae tidak membalas, hanya memelototiku lalu kembali menonton tayangan di depannya dengan bibir dimancungkan.

Huhh… lagi-lagi Sungjae dengan teori absurbnya. Memang menonton drama dengan tema ‘amnesia’ bisa membantuku mengembalikan memoriku yang hilang? Tapi sepertinya aku juga lebih absurb karena hampir percaya dengan teorinya. Ya, besok tepat setahun sejak aku sadar dari koma ku, dan juga tepat setahun aku mengenal Sungjae, dan selama itu memoriku sebelum bangun dari koma sama sekali belum pulih.

Yang kutahu, setahun lalu saat aku membuka mata, yang kurasakan hanyalah hampa. Aku tak tahu dan tak ingat apapun, siapapun, bahkan diriku sendiri.

“Baiklah, setidaknya karena yang main adalah Yoochun oppa, aku juga akan menontonnya” kataku lebih pada diriku sendiri sambil merebahkan tubuhku di bantal, tepat di samping koper yang terbuka. Dan tak perlu ditanya, segunung baju yang semuanya milikku bergeletakkan di sofa dan karpet.

“Hmm karena wanita secantik Shin Sekyung noona yang main, aku akan menontonnya hingga tamat, daripada melihatmu yang tidak ada manis manisnya” cibir Sungjae, dan dengan wajah tanpa dosa dia menarik bantal yang kutiduri hingga kepalaku terantuk lantai kayu yang beralaskan karpet tipis jadi tentu saja kepalaku terasa sakit.

“YAAAK!! SUNGJAE SSHI!!” aku mengerenyit sambil mengelus kepalaku sementara namja di sampingku sibuk tertawa sambil memeluk bantal, dasar cowok aneh! Padahal tidak ada yang lucu!

“Ahhahhaha sorry, tapi wajah kesalmu itu benar-benar lucu Juniel-ya! AHAHHAHHAA”

Aku meniup poniku, kebiasaanku jika sedang menahan emosi, sebelum bangkit dan menggerak gerakkan kedua tanganku ke arah Sungjae, senyum asimetris tersinggung di bibirku. Aku lebih dari siap melakukan hal yang paling tidak dia sukai : Digelitiki.

“Kali ini kau tak akan selamat Sungjae sshi!!”

“WAAAAAAA!!!!! AMPUUNNNN!!!! AMPUNNIII AKUUUU JUNIEL AHAHHAHAHA AMPUNNN!!!”

“HAHAHHAHHAA! TAK AKAN KUAMPUNI!!” kataku sambil terus menggelitikinya, Sungjae terus menerus tertawa sambil memohon aku untuk melepaskannya. Dan akhirnya ia berhasil lepas dariku, kami benar-benar kehabisan tenaga. Aku membiarkan diriku kembali tertidur di atas karpet sedangkan Sungjae masih menjaga jarak denganku.

“Juniel ya”

“Hmmm?”

“Kurasa aku sudah tahu watakmu, kau cerewet, talk more do less, susah diatur, jahil, gampang emosi…”

“YA YA YAA!!!”

“Tapi itu yang kusuka, kau membuatku tak merasa kesepian”

Aku bangkit dan menatap Sungjae intens, bingung merespon kata-katanya yang terdengar serius “K..kau tidak salah makan obat? Ah.. kau bahkan tak bisa minum obat”

“Hahhaha sudah jangan dipikirkan, ayo nonton lagi!” kata Sungjae, hilang sudah ekspresi serius yang tadi ia munculkan. Masih terus menatap wajahnya, aku mengikutinya duduk di karpet.

Ya.. dia dan aku sama-sama amnesia, tapi keadaan kami berlainan, kurasa aku masih jauh lebih beruntung dibandingkan Sungjae.

 

 

****//****

20 menit kemudian

Entah sejak menit keberapa diriku tidak fokus dengan drama yang sedang kutonton di TV dan yang kulakukan hanya menatap wajah Sungjae yang tertidur. Tidak biasanya dia tidur, karena ia pernah bilang padaku jika ia sama sekali tak perlu tidur. Sungjae memiliki perawakan tinggi sekitar 180 cm lebih, kurus, memiliki rahang wajah yang lancip dan terkesan tegas dengan rambur berwarna pirang. Ia terlihat lebih transparan dari biasanya saat tertidur.

Ya dia transparan

Pertemuan aku dan dia bisa dibilang aneh. Setahun yang lalu aku mengalami kecelakaan mobil dan saat aku membuka mataku, yang pertama kulihat adalah dia, Sungjae (Sungjae mengaku tak ingat nama marganya apalagi siapa sebenarnya dia). Aku masih mengingat pertanyaannya di rumah sakit saat itu.

Flash back

Saat aku membuka mata, aku hanya melihat seorang namja berjalan berputar-putar tak jauh dari tempat ku berbaring. Entah mengapa perasaanku mengatakan ia terlihat ‘berbeda’.

“Nu..nuguya?”

Namja itu berhenti berjalan berputar dan mendekatiku, tampak terkejut. Ia menunjuk wajahnya sendiri seolah tak percaya jika aku bertanya padanya  “Kau bangun? A… apa kau mengenalku? Apa kau bisa melihatku? Kau tahu siapa aku? Apakah namaku benar-benar Sungjae?”

Saat itu aku hanya menatap wajah asing itu, tak berhasil menemukan secuil informasi tentang dirinya dan kemudian kesadaran menghantamku. Aku sama sekali tak ingat apapun termasuk nama ku sendiri!

“Siapa aku? Kau.. kau mengenalku?” kataku sambil menatap matanya intens. Mata itu walaupun transparan aku bisa melihat refleksi wajahku di bola mata hitam kelamnya.

Sungjae menatap jengkel ke arahku “Apa kau bercanda? Masa kau tak ingat namamu sendiri! Lagi pula jelas di tulis di papan tempat tidur kalau nama mu Xi Ju—- jjamkaman… kau juga tak ingat apapun?”

“Tak ingat?” aku menekan kepala ku yang tiba-tiba terasa pusing. Bersamaan dengan itu seseorang membuka pintu kamar, tertegun sesaat dan kemudian melesat menuju ke arahku. Ponsel yang sedang dia tempel di telinganya jatuh seketika, dan sedetik kemudian ia sudah memelukku kelewat erat.

“Juniel, akhirnya.. akhirnya kau bangun…xièxiè wŏ de xiăo gōngzhŭ, xièxiè nǐ huílái gěi wŏ (terima kasih putri kecilku, terima kasih karena kembali padaku)”

Aku menatap Sungjae dari balik bahu pria yang memeluk ku ini, ia hanya balik menatapku bingung sambil mengangkat bahu.

“Aku tak bisa berbahasa mandarin, kau bisa? Oh ya pria ini sepertinya keluargamu, ia terus menunggumu sejak beberapa hari lalu” kata Sungjae kemudian seolah dapat begitu saja membaca pikiran yang berkecamuk di pikiranku

Dan beberapa menit setelah itu aku mengetahui jika Sungjae mengatakan yang sebenarnya, ternyata yang memelukku begitu eratnya memang kakak laki-laki ku, Xi Luhan. Dan secara natural sepertinya aku memang menguasai bahasa mandarin, korea dan Inggris

Sedangkan Sungjae, aku membutuhkan waktu lebih lama untuk menyadari jika ia bukan manusia biasa. Dia adalah spirit atau hantu. Kenyataan jika aku bisa melihat hantu ternyata tidak membuatku shock, bingung atau takut, sepertinya sebelum ingatanku hilang pun aku memiliki kekuatan ini sehingga aku sudah terbiasa. Dan anehnya jika aku bersama Sungjae, hantu lainnya tidak ada yang berada di sekitarku apalagi mendekatiku seolah mereka takut pada Sungjae.

Dan ada alasan bagi Sungjae tetap bersamaku. Ia berkata ia berbeda dengan hantu lainnya. Ia bisa merasakan jika raganya masih bernafas atau dia mengatakannya dengan istilah comatoes state –koma. Sungjae yakin sekali jika dia juga terlibat kecelakaan bersama denganku dan kami berjanji untuk sama sama saling mencari tahu. Tapi apa keyakinannya benar?  Sayangnya kami berdua sama-sama amnesia dan Luhan gege tampak sama sekali tak tahu menahu jika aku bersama Sungjae saat kecelakaan.

End of Flashback

“Kenapa? Apa ada yang menempel di wajahku?” Sungjae perlahan membuka matanya. Kata-katanya membuat lamunan mengenai masa lalu kami buyar. Ajaib sekali, ia terlihat lebih nyata di mataku saat ia terbangun. Selama ini yang kutahu, hanya aku satu-satunya orang yang bisa melihat sosok dan mendengar suaranya, bahkan aku bisa menyentuhnya.

Aneh sekali bukan?

“Menurutmu… apa kita akan baik-baik saja di Korea nanti?” Aku memalingkan wajah saat ia menatapku lebih lekat “Bukan berarti aku takut ketahuan oleh Luhan ge kalau aku ke korea, tapi sepertinya dia tidak suka jika aku kesana” Seolah ada yang ditutupinya disana, tambahku dalam hati.

“Aku juga takut” Sungjae bangkit dari posisi berbaringnya, ia duduk bersila di depanku “Sebenarnya aku merasa jika aku mengingat masa laluku atau kembali ke raga ku, aku akan menderita, kadang aku berpikir lebih baik seperti ini saja, setidaknya kau bisa melihatku dan bersama dengan mu setiap hari hmm.. cukup menyenangkan!.”

“Sungjae ya..”

“hahhahhaha jangan menatapku seperti itu! Bukan kah kau yang bilang sendiri Xi Juniel? mungkin saja mendapatkan memori kita kembali adalah hal yang paling benar dibandingkan melarikan diri” Sungjae tersenyum sekilas padaku sebelum menatap langit malam dari balik gorden yang sedikit terbuka “karena memori adalah sesuatu yang tak ternilai. Mendapatkan memori berati kita bisa kembali pada orang-orang yang mencintai kita dan mengobati kesedihan mereka…”

“Haha kau akhirnya mengakui jika aku benar”

Sungjae terkekeh, ia kembali memalingkan wajahnya ke arahku “Tapi tak apa-apa nih kau berpura-pura ke Jepang padahal kau ke Korea?”

“Tenang, aku sudah mengaturnya sehingga Luhan oppa mengira aku pertukaran mahasiswa selama 3 bulan ke Jepang, padahal aku  cuti kuliah untuk ke Korea. Aku ikut pertukaran trainee yang merupakan program dari agency ku hehe.. Lu ge masih belum tahu kalau aku sudah beberapa bulan ini bergabung dengan Empire State Agency , akhir akhir ini dia sibuk sekali dengan pekerjaannya” kataku sambil kemudian melihat bajuku yang masih tergeletak di sekitar sofa dan karpet dan kemudian mengalihkan tatapan ku ke arah Sungjae “Eothokkhe? Dari mana aku mulai membereskan ini semua”

“Apa?? Kenapa melihatku seperti itu?” sentak Sungjae agak kesal melihat aku yang mulai tersenyum lebar.

“Bantu aku oke?? ayolahhhh… kau bisa menggunakan telekinesis mu!”

“Fiuhh.. baiklah.. baiklah aku akan membantumu, sudah simpan puppy eyes mu itu untuk dirimu sendiri! Dan sudah kubilang kan akhir akhir ini aku gagal terus melakukan telekinesis?, kekuatan itu malah membuat otakku lelah karena terlalu banyak berkonsentrasi” Sungjae tiba-tiba mengambil bungkusan hitam tapi tangannya menembusnya.

“Sudah setahun kita bersama kau masih lupa jika kau hanya bisa menyentuh benda yang baru kusentuh?” aku memegang bungkusan itu begitupun Sungjae yang cemberut. Ia membuka isinya, mulutnya menganga saat menyadari apa yang ada di dalamnya.

“Kau pakai yang seperti ini? HAAHHAHAHAHHAHAHHA”

“YAAAKKK!!!! JANGAN LIHAT PAKAIAN DALAM KU PERVERT!!!!”

 

|—|

Author PoV

 

Keesokkan harinya

 

“Hanhee-ya, I miss you …a lot”

Sebulir air mata jatuh di balik kaca mata hitam yang digunakan seorang pria berambut coklat kehitaman ditata rapi dibalut setelah serba hitam. Perlahan ia meletakkan sebuket bunga Lily yang masih segar di pinggir tugu besar yang dibangun sekitar setahun lalu, diantara barisan karangan bunga lainnya yang menghiasi sekitar tugu itu. Pada tugu batu itu terukir lebih dari 200 nama termasuk nama yang ia bisikkan di sela air matanya yang sempat terjatuh. Di bagian atas tugu itu terukir dengan ukuran tulisan yang sedikit lebih besar …

Tugu Peringatan Peristiwa Germanwings K201

Tanggal 01 Juli 20xx

 

“Kai oppa, gwenchana?”

Namja berkaca mata hitam yang bernama Kai itu berbalik dan berhadapan dengan seorang gadis berambut lurus panjang dengan balutan dress hitam. Ia menggunakan topi fedora dan sunglass yang menyamarkan matanya yang bengkak.

“….”

“Bukan kau saja yang merindukan Hanhee, aku juga sangat merindukannya” kata gadis itu sambil berlutut dan menaruh sebuket bunga mawar putih. Sejenak ia memejamkan mata dan menangkupkan kedua telapak tangannya, mengenang sekaligus mendoakan gadis yang entah mengapa ia rasa masih bernafas di udara yang sama.

“Oppa…” Gadis itu berkata “Maafkan aku, seandainya dulu aku tak meminta Hanhee untuk pergi duluan dan —-“

“Cukup Chanrin-ah!” potong Kai tegas, ia mengigit bibirnya muak dengan kata ‘seandainya’ yang tak bisa merubah apapun. Kejadiannya telah lewat setahun tapi ia tetap merasa sesak seperti saat ia mendapat kabar jika nama ‘Honey Lau’ merupakan salah satu dari nama penumpang yang terdaftar di  penerbangan Germanwings K201. Seandainya saja setahun lalu ia tidak membiarkan Hanhee-nya pergi, tentunya ia tidak akan kehilangan gadis itu kan?

Park Hanhee atau Honey Lau, gadis ceria, unik dan hangat seperti matahari di musim dingin yang selama ini melingkupi dirinya. Satu-satunya gadis yang berhasil membuat Kai meruntuhkan dinding es di hatinya. Setelah banyak hal yang harus ia dan Hanhee lalui, akhirnya ia bisa mendapatkan cinta gadis itu walau sayangnya itu tak berlangsung lama. Setahun lalu Hanhee dan Chanrin mempunyai ide untuk memberikan kejutan ulang tahun pada kakak Hanhee yaitu Henry Lau yang berada di China. Karena Kai dan Chanrin ada urusan, Hanhee pergi duluan sendiri ke China. Ia tak pernah menyangka, Hanhee tak pernah kembali setelahnya.

Dan sejak hari setelah kejadian naas itu Kai selalu menyalahkan dirinya. Ia ingat merasa tidak nyaman dan cemas tidak beralasan hari itu, tapi Hanhee berhasil meyakinkan Kai agar dia dapat pergi. Hanya berselang dua jam sejak ia terakhir kali bertemu dengan kekasihnya itu, pesawat Germanwings yang Hanhee tumpangi dinyatakan hilang dan beberapa jam kemudian puing-puing pesawat tersebut ditemukan hancur di tengah perairan China.

Tak ada yang selamat, bahkan jenazah pun sebagian besar tak dapat dievakuasi dikarenakan tenggelam di dasar samudera bersama badan pesawat.

“Chanrin-ah, uljima.. “ seorang pria lainnya tiba-tiba datang untuk merangkul bahu Chanrin dan membiarkan punggung gadis itu bersandar di dada bidangnya. Tapi mata Chanrin tetap tertuju kepada sebuah foto kecil diantara foto lainya yang ditempel di bawah setiap ukiran nama.

“Oppa… rasanya baru kemarin aku melihat tawanya.. aku merindukan Hanhee…”

“Shhttt…. Hanhee tak akan suka melihat mu menangis” Sehun menepuk nepuk punggung Chanrin, lalu memeluknya erat.

“Sehun-ah, bawalah Chanri pulang, aku pun sebentar lagi akan pulang” kata Kai pada akhirnya. Dia bahagia melihat Chanrin, sahabatnya menemukan ksatrianya tapi hati kecilnya merasa iri karena ia tak pernah bisa lagi menjadi ksatria bagi kekasihnya.

“Nee.. kami duluan” Sehun menganguk dan membawa gadis yang berada dalam rangkulannya itu pergi.

Kai tetap termenung di tempatnya selama beberapa menit kemudian hingga akhirnya dia tersenyum tipis. Bahkan di hari terakhir ia bersama Hanhee, Kai masih ingat sekali pesan gadis itu untuk selalu tersenyum. Biasanya Kai selalu mengiyakan apapun yang Hanhee minta, tapi saat itu ntah mengapa ia malah bertanya ..

“Hmm.. aku sedang tidak senang, kenapa aku harus tersenyum?” kata Kai dengan nada dingin dan cueknya, padahal dalam hati ia ingin sekali tertawa melihat Hanhee yang kelihatan kebingungan. Tapi raut muka bimbang itu tak berlangsung lama karena sebuah senyum lebar yang Kai sangat sukai menghiasi wajah mungil Hanhee.

“Setidaknya dengan tersenyum, walau kau tak bahagia mungkin orang lain akan merasa bahagia”

“HAH?” Kai dengan ogah-ogahan mulai tersenyum “Jadi kamu senang melihat aku senyum seperti ini?”

“Hahhahaha.. ya.. aku senang sekali, aku bahagia melihat oppa tersenyum”

“Bagaimana aku bisa tersenyum jika aku tak bisa melihat senyummu lagi?” bisik Kai, tapi ia tetap berusaha tersenyum walau ia yakin senyumnya pasti aneh sekali.

“HAHHAHHAHAHA….. peek a boo!”

Suara ini? Hanhee?

Kai menggelengkan kepalanya kelewat cepat. Dia pasti mulai berhalusinasi, karena bagaimana mungkin ia bisa mendengar tawa Hanhee, kekasihnya lagi?

“Kyaaa kwiyeoptaa!! Kurasa dia bisa melihat mu.. hahhahha..”

Kai berbalik, ntah mengapa hatinya yakin sekali bahwa suara ini adalah suara Hanhee. Ia tak bisa menahan rasa perasaannya dan bergegas mencarinya. Hanya ada beberapa orang di sekitarnya yang masuk dan keluar bandara, lalu matanya terpaku pada gadis mungil yang wajahnya terhalang oleh sosok namja yang berdiri di sampingnya. Kedua pasangan itu terlihat berjalan beriringan sambil mendorong sebuah kereta bayi.

Kai mengikuti pasangan muda itu hingga ke parkiran, tepatnya mereka berdua berhenti di sebuah mobil SUV audi berwarna biru, Kai setengah berharap dugaan gilanya salah. Mana mungkin Hanhee? jika benar-benar Hanhee masih hidup, ia tak akan mengkhianatinya dan menikah dengan pria lain bahkan memiliki anak bukan?

Dan kemudian gadis yang membuatnya penasaran akhirnya membungkuk dan merentangkan tangannya ke arah bayi kecil di kereta bayi, menggendongnya. Kai mengedip untuk menatap lebih jelas, postur mungil itu mungkin mirip Hanhee tapi wajah mereka sama sekali berbeda. Yeoja itu lebih chubby dan memiliki mata yang lebih besar dari Hanhee. Wajah itu … jelas sekali bukan milik Hanhee-nya.

Of course she isn’t her… I must be going crazy, ya, dia hanya kebetulan memiliki suara yang sangat mirip dengan Hanhee pikir Kai agak kecewa, tapi di luar kesadarannya ia terus merekam wajah gadis yang tak jauh dari hadapannya. Ntah mengapa Kai merasa ia perlu mengingat rupa gadis itu.

 

***|Back to Juniel PoV|***

 

Disaat yang sama

“Wae Juniel-ah?”

Aku tak menjawab kata-kata pria di sampingku. Mataku sibuk menelisik setiap sudut mobil-mobil yang terparkir di depan mobil kakak sepupuku, Hyoseong eonni. Ntah mengapa aku merasa seperti ada yang mengawasiku, tapi mungkin hanya perasaanku saja.

“Bukan apa-apa” kataku pada akhirnya. Sungjae tersenyum tapi dari raut wajahnya terlihat ragu

“Hmm… okay” jawab Sungjae kelihatan kurang puas, dan akhirnya perhatiannya kembali pada makhluk mungil yang berada di pangkuanku “Bayi itu menakjubkan yah? Hahahha lihat!! Jion sepertinya benar-benar bisa melihatku!!”

“Iya dan pelankan suara mu, sepupu ku bisa curiga jika kau terus bawel seperti itu” kataku jengkel melihat ke akraban Jion dengan Sungjae sementara ibu dari anak ini belum juga muncul padahal dia bilang hanya ke toilet sebentar dan meninggalkan kami di parkiran.

“so, aku kan memang ‘hantu’ hahhahhha” Sungjae tertawa mencibir “Tapi selain bayi, orang dewasa juga ada yang bisa melihatku sih.. orang-orang aneh seperti kau”

“…dan kau membuatku hampir dikira gila, coba? orang waras mana yang mau berteman dengan hantu?”

“Hmm… who know? Aku kan sudah bilang, aku ini hantu spesial! Tunggu saja sampai kita menemukan tubuhku dan aku kembali ke dalam raga ku! Kau tak akan menyesal pernah kenal denganku”

“Heol! Dasar narsis!”

“Hahhahaha siapa tahu kan kalau aku sebenarnya dulu adalah idol pembawa Hallyu Wave? Kau mengakui sendiri kan kalau suara dan kemampuan ku menari dan menyanyi di atas rata-rata?” Sungjae mulai mengoceh, baru kemarin dia mengoceh jika dirinya kemungkinan adalah Heir dari Fountain Asian group, salah satu perusahaan penyedia jasa penerbangan terbesar di Korea.

“Yaaa.. kurasa itu lebih masuk akal” jawabku sekenanya

“Hahhahah benar kan? Ah… itu sepupu mu!” Sungjae menunjuk seorang gadis yang hanya berbeda usianya 6 tahun di atasku itu. Sepupuku itu, Jeon Hyoseong sebelumnya adalah leader sebuah girl band yang masih aktif hingga tiga tahun lalu. Parasnya cantik dengan postur tubuh yang bisa membuat banyak gadis iri, padahal dia sudah mempunyai anak berumur dua tahun!

“Apakah aku lama? Jion-ah.. kau suka bersama tantemu?” tanya Hyoseong sambil mengambil Jiyeon dari pangkuanku “Kau yakin mau menyetir Juniel? Bagaimana dengan surat izinnya?”

Aku tesenyum lebar “Tenang saja eonni, aku sudah menyiapkan ini” dengan bangga aku memampangkan international driving lisence milikku “Aku ingin berkendara di korea ini, tapi eonni jangan bilang-bilang Luhan ge ya!”

“Dasar anak nakal!” cela Hyoseong eonni sambil tertawa “baiklah, kalau begitu ayo kita pulang. Suami ku sudah tak sabar ingin melihat adik ipar nya ini haha”

 

==== || ====

Yeouido, Geonju Apartment Complex (dekat KBS headquarter)

 

“Jadi ini pertama kalinya kau dan noona itu bertemu? Daebak! Kalian seperti sudah saling mengenal lama!” Sungjae benar-benar tercengang saat aku menceritakan tentang Hyoseong eonni. Luhan oppa bilang kalau aku memang sempat tinggal tak lama di Korea tapi tak pernah menemui Hyoseong eonni, lalu aku iseng chattingan dengannya dan keterusan hingga sekarang.

“Seperti yang kubayangkan, Hyoseong eonni memang sangat baik, Jion sangat menggemaskan dan suami eonni sangat tampan hehehhe!”

“Aigoo aigooo.. padahal dia tak lebih tampan dariku!” Sungjae melihat ke sekeliling kamar baru ku (dulunya kamar adik Hyoseong eonni) yang di cat berwarna biru cerah dengan sticker glow in the dark berbentuk bintang dan bulan yang menempel di atapnya, tapi bukan itu yang menarik perhatiannya. Melainkan beberapa poster berbagai ukuran yang ditempel di salah satu sisi kamar ku itu “YAAA—- apa ini semua?… Infinite, Bigbang, Winner, SHINee, Super Junior, Block B.. dan masih banyak lagi, kau yakin pemilik kamar ini sebelumnya bukan kau?”

“Aigoo .. sepertinya adik perempuan Hyoseong eonni itu penggemar boygroup” aku berdiri untuk melihat satu persatu persatu poster itu “Lu ge tidak suka aku mendengar lagu kpop jadi aku tak terlalu tahu, sepertinya memang ada hal yang terjadi saat ia masih menjadi EXO member, ia merahasiakannya dariku”

“Skandal?”

Aku mengangkat bahu, menatap poster EXO tepatnya potret Luhan ge diawal debutnya yang masih beranggotakan 12 orang “Kakakku memang tampan dan sepertinya saat itu dia benar-benar bahagia” mataku kemudian beralih pada sosok lainnya yang berdiri tidak jauh dari Luhan ge. Seorang pria berpose cool dan menciptakan kesan padaku jika dia sedang bosan. Tanpa sadar tanganku telah menyentuh potret pria itu, meneliti raut wajahnya. Warna kulitnya yang lebih gelap membuatnya kontras dengan anggota lainnya, “ntah mengapa aku merasa harus mengingat wajah ini…”

“Tidak mungkin…”

“Hmmm…?” aku menurunkan tanganku dan menengok ke arah Sungjae yang terlihat sangat terkejut. Matanya yang sipit membesar dan mulutnya terbuka.

“Wae wae?? Kau mengingat salah satu idol di poster ini?”

“An..anni… bukan itu… Xi Juniel.. kau lihat ini?.” Ia menunjuk potret seseorang yang berada tepat di atas matanya, membuatku harus berjinjit untuk memperhatikan lebih jelas apa yang dilihat Sungjae.

“Heoh?? Bu… bukankah ini… kau?” kataku takjub sedangkan Sungjae mulai tertawa, ia terihat shock tapi juga senang. “Aku tak pernah benar-benar berpikir kalau kau idol –atau tunggu, apa mungkin kau punya saudara kembar?” Aku kembali menatap poster itu “BtoB… Aku akan mengeceknya di internet”

“Cepat.. cepat…” Sungjae mengikutiku berjalan dan duduk di kasur, tepat di sebelahku.

“BtoB… Born To Beat… Member…” aku membaca beberapa profile anggota boygroup itu hingga profile anggota terakhir “Yook Sungjae, maknae, 95 liner…. Dari fotonya sepertinya dia benar-benar kau, lihat ini! Ada link berita jika setahun lalu kau mengalami kecelakaan saat hendak menuju Incheon airport…”

Sungjae merebut smartphoneku (Dia bisa memegang benda yang telah kupegang sebelumnya selama 10 menit) “Ini aneh… kau yakin kalau kejadiannya dekat Incheon airport?? Di Korea?”

Mataku mendelik, tersadar akan sesuatu “Tapi saat kau bangun, kau di Beijing kan? Dan.. Luhan oppa bilang kalau aku kecelakaan di Beijing, kukira kau juga …”

‘Atau… Luhan gege berbohong? Kau atau kita, tidak kecelakaan di China tapi di Korea?’

“Sungjae ya, apa yang kau pikirkan?”

Sungjae tersenyum walau ia masih tampak resah “Bukan apa-apa, aku hanya masih shock karena tidak menyangka akan secepat ini aku menemukan sesuatu tentangku di Korea ini”

“Baiklah, aku akan mencoba mengecek jadwal member BtoB di situs fancafe mereka, jika sulit aku akan meminta bantuan Hyoseong noona. Kita harus menemui member BTOB, kurasa mereka pasti tahu dimana dirimu yang sedang koma terbaring”

“Sepertinya tidak perlu” Sungjae menengok ke arah ku, senyumnya semakin lebar “Kau bilang kalau untuk tiga bulan ini kau akan menjadi trainee di Cube Ent kan? Kebetulan sekali, dari berpuluh agency yang ada di Korea, BtoB berada di bawah naungan Cube ent”

 

=====|Author PoV|=====

Beberapa jam kemudian

 

“Monggu ya… kau merindukan ku?” Kai tersenyum saat melihat sebuah anjing kecil berwarna cokelat seperti boneka menghampiri ku dengan lincahnya. Serta merta ia menunduk untuk menggendongnya dan masuk ke dalam rumah ibunya, lebih tepatnya ibu angkat yang telah dia anggap sebagai ibu kandungnya sendiri “Eomma… aku datang!”

“Oh.. Jongin ah… kau istirahat dulu, eomma sedang memasakkan kimchee stew kesukaan mu, jika sudah  lapar kau bisa makan cake di meja” kata-kata eommanya dari balik pintu dapur.

“Nee eomma” balas Kai singkat. Ia selalu senang mempunyai rumah kembali di saat ia memperoleh waktu kosong dari jadwal EXO yang sangat padat. Semua tempat lain selain rumah yang baru di tempati eommanya ini masih melekat dengan kenangan akan kekasihnya, sehingga jika dia tidak sibuk sedikit saja, pasti ia akan merasa semakin terpuruk.

Kai pun berjalan ke ruang tengah dan menghempaskan tubuhnya ke sofa, masih memeluk Monggu yang bergelung nyaman di pangkuannya. Sebelah tangannya meraih remote tv dan menyalakan tv di depannya. Bosan dan bingung dengan apa yang akan ditontonnya, matanya beralih pada kotak kue di atas meja.

“Hmm… kita lihat apa ini..” dengan agak malas, Kai bangkit dan mengambil kotak itu setelah sebelumnya menurunkan Monggu di sofa. Ia agak terkejut karena menemukan beberapa potong strawberry cheesecake  di dalam kotak itu. “Eomma….” Katanya setengah berteriak “Bukankah kau tidak suka keju? Kenapa membeli cheesecake?”

“Oh itu..” Ibunya mengintip sebentar ke arah Kai dari balik pintu “Eomma tidak beli, itu dari Hyoseong ssi, tetangga sebelah. Dia bilang yang membuatnya adalah sepupunya yang mulai hari ini akan tinggal bersamanya, tidak mungkin aku menolak kalau dikasih kan? Kau makan saja”

Strawberry Cheesecake

Dari sekian banyak cake kenapa harus cheesecake? Dan dari sekian jenis buah-buahan yang sering dipadu padankan dengan cheesecake, mengapa harus strawberry cheesecake yang berada di hadapannya sekarang? Kenapa harus cake yang sangat disukai kekasihnya yang telah tiada?

‘Kruyukk’

“Sepertinya aku tak bisa melarikan diri terus dari bayangan mu Hanhee ya…” Kai menarik nafas panjang sebelum mengambil sepotong cake dan melahapnya, nyaris sekali telan “Haha.. apa-apaan ini? Bagian bawahnya terasa pahit padahal tidak gosong”

“GUK… GUK….” Gonggongan Monggu membuat Kai menoleh, mungkin Monggu iri melihat pemiliknya asyik makan sendiri.

“Kau mau coba?” tawar Kai sambil menyodorkan sepotong cake ke arah Monggu yang mengendus ngendusnya sebelum menjilat cake itu, tapi sepertinya Monggu berubah pikiran karena setelahnya Monggu malah ngeloyor pergi. Jelas tidak puas dengan rasa makanan itu.

“Monggu ya?? Yakin kau tak mau? Hahhaha… padahal biasanya kau makan apa saja” kata Kai, setengah maklum karena rasa cheesecake yang ia makan memang agak pahit but at least edible. Kai belum makan dari kemarin malam, mungkin ini yang menyebabkan dalam waktu kurang dari delapan menit ia sudah menyikat habis semua cheesecake itu.

“Jongin ah… makan malam sudah siap!” seorang wanita paruh baca dengan celemek bunga-bunga mendekatinya, ia terkejut melihat anak kesayangannya itu sedang mengulum sisa cream cheese di tangannya dan tidak menyisakan sepotong cheesecake pun “Kau memakan semuanya?”

“Nee… aku lapar, dan lagi bukankah eomma tak suka keju? Jadi aku tidak menyisakan”

“Memang tidak, tapi.. hanya sudah lama aku tak melihatmu makan selahap itu, lain kali aku akan meminta adiknya Hyoseong untuk membuat cheesecake saja untukmu”

“Hyoseong noona memiliki adik?”

“Nee..katanya sih baru pindah dari luar negeri. Hyoseong bilang nama Korea gadis itu Jun hyun… anni… apa Jun ah? Ntahlah…”jelas eommanya itu dengan nada kesal, Kai langsung tahu jika eommanya iri dengan cheesecake buatan adik Hyoseong noona ini.

“Eommaaa… tenang saja!! Kimchee stew buatan eomma yang paling enak!! Aku masih lapar ini, kajja jangan cemberut..ayo kita makan!”

 

—-||—-

 

“Perutku benar-benar sakit karena kekenyangan…” Kai menepuk nepuk perutnya. Ia memutuskan untuk jalan-jalan malam bersama Monggu untuk membuat perutnya lebih cepat mencerna makanan. Maka dalam waktu lima menit, kalian tak akan menyangka jika pria dengan jaket tebal kumal yang seletingnya dinaikkan hingga leher, wig kusam sebahu dan topi hitam adalah main dancer dari salah satu idol paling populer di Asia. Kai setidaknya terlihat 10 tahun lebih tua dari umur aslinya. Dengan kekuatannya seharusnya Kai dengan mudah dapat ‘berubah wujud’ menjadi wujud hewan atau lainnya, hanya Hanhee membuatnya terbiasa menggunakan penyamaran ‘normal’.

Dengan rileks, Kai pun turun menggunakan lift. Ia menggunakan earphone, membiarkan dirinya sibuk untuk mendengarkan lagu. Monggu aman dipelukannya. Kai berpikir ia beruntung karena hanya dirinya di lift hingga ketika pintu akan tertutup, sebuah tangan mungil menahannya.

LUCKY!” sentak seorang gadis tiba-tiba, membuat Kai terkejut “Ups…sorry” tambahnya, sepertinya ia bisa merasakan rasa terkejut Kai. Dan di belakang gadis itu, seorang pria jangkung bertampang kesal mengikutinya.

“No problem” balas Kai sambil memencet tombol lantai dasar, ia lebih terkejut bukan karena suara sentakan gadis itu tapi karena gadis di sampingnya ini adalah gadis yang dilihatnya di bandara tadi siang ‘apa yang dilakukan gadis ini disini?’ pikir Kai. Dan dia sempat berpikir di bandara jika mereka berdua pasangan muda yang baru memiliki anak, tapi sepertinya tidak mungkin. They’re just too young for having a baby.

“KYAAA!!! Anjingmu lucu sekali ajusshi!!! Boleh aku membelainya?” kata gadis kemudian, Kai meneguk saliva nya berusaha mengendalikan detak jantungnya yang memacu. ‘suara itu..’ Kai benar-benar hampir merasa gila. Apa pendengarannya rusak? Atau dia terlalu merindukan Hanhee hingga bukan hanya suaranya, tapi ia merasa ekspresi gadis ini sangat mirip dengan kekasihnya yang telah tiada itu?

Gadis di depannya memiliki postur mungil, berambut lurus panjang dan berponi. Ia terlihat cute sekaligus sporty dengan coat berwarna gading, rok hampir selutut dan sepatu boat yang cocok dengan musim dingin yang sebentar lagi datang. Dan senyum yang sepertinya tak pernah lepas dari wajahnya, dengan sukses memperlihatkan kedua lesung pipinya.

“Ah.. mian, namaku Juniel, aku baru pindah di sini” kata gadis itu agak gelisah. Kai tidak terlalu memperhatikan pria jangkung sebaya nya yang dari tadi diam saja, tapi dari ekspresinya jelas ia merasa terganggu.

“A.. aku Kim Jong… Kim Jongho” ntah mengapa Kai berbohong “Kau boleh membelai Monggu jika mau, tapi dia galak jika dipegang orang yang—-“

“Monggu ya namanya—Monggu ya…annyeong!!”

Kai terbelalak karena Monggu dengan tenangnya dibelai oleh gadis bernama Juniel ini, padahal jika di pegang bahkan hanya didekati oleh orang yang tak dikenalnya, ia akan mulai menggonggong tidak suka.

“Kwiyeoptaaa…bukankah dia sangat lucu?”

Tringg…

Pintu pun mencapai lantai dasar dan Kai masih tak bisa melepaskan pandangannya pada Juniel. Entah mengapa kerinduannya membuncah ketika melihat gadis itu. Tapi ia segera tahan perasaannya, demi Tuhan Kim JongIn! Semudah itu kah kau tertarik pada gadis lain yang bahkan baru kau temui dua kali karena kebetulan??

“Kajja!” pria yang bersama Juniel berbisik dan berjalan mendahului Juniel dan Kai. Juniel pun tersenyum ke arah Kai yang sengaja berjalan pelan.

“Kim Jongho ajusshi, aku duluan!” gadis itu pun berlari pelan hingga berjalan beriringan dengan si pria jangkung temannya itu. Sekilas pria jangkung itu menengok ke belakang dan mata mereka bertemu. Pria itu tersenyum asimetris pada Kai sebelum kembali melihat ke depan dan merangkul gadis di sampingnya dengan natural.

Jika pikiran Kai sedang jernih, ia pasti akan menyadari saat itu juga jika ada yang aneh dengan pria jangkung yang bersama Juniel itu.

 

—||—

@Malam harinya, kamar Juniel

 

“Sungjae ya, kau belum tidur?”  Juniel yang sedang berbaring di kasur, sengaja berbalik untuk melihat temannya yang tidur di bawah beralaskan kasur lipat. Gadis itu berhasil meyakinkan sepupunya bahwa dia kadang tidak bisa tidur di kasur biasa sehingga meminjam kasur lipat.

“Belum…” jawab Sungjae “Lagipula sebetulnya aku tak butuh tidur, hanya lebih nyaman berpikir dengan posisi seperti ini”

“Jinjja?” Juniel pun kembali berbaring “Apa yang kau pikirkan? Apa hatimu berdebar-debar karena mungkin besok bisa bertemu dengan teman-teman member BTOB mu? Bukankah kita sudah cek schedule BTOB? sampai minggu depan mereka akan berada di Jepang”

“Bukan itu.. kau ingat, ajusshi yang kita temui tadi siang di lift?”

“Hmm.. maksudmu Kin Jongho ajusshi? memangnya kenapa?”

“Kurasa dia lebih muda dari penampilannya, dan.. aku merasa mata kami saling bertemu”

“Tidak mungkin, bukankah hanya aku yang bisa melihatmu?” tanya Juniel lagi.

“Dan cara dia memperhatikanmu…”

Untuk kedua kalinya Juniel pun berbalik ke arah Sungjae “Hah? Maksudmu?”

“Kau benar-benar tidak peka sekali, sudah! Aku mau tidur saja” kata Sungjae agak jengkel, ia juga tidak mengerti kenapa dia jengkel.

“YA! Kalau kau tidak jelaskan, mana aku bisa mengerti? Kau benar-benar aneh” kata Juniel sebelum ia kembali berbaring dan menarik selimut untuk menutup semua tubuhnya. Ia sudah terbiasa tidur satu ruangan dengan Sungjae, lagipula namja ini tidak dapat menyentuhnya tanpa sepengetahuannya. Sungjae juga tidak pernah macam-macam, setidaknya ini jauh lebih baik dibandingkan harus didekati hantu menyeramkan lainnya.

“Juniel ya… kau masih ingat janji kita?” kata Sungjae tiba-tiba, Juniel yang hampir saja terlelap mulai mengucek matanya, berusaha memfokuskan pikirannya. Matanya sudah benar-benar mengantuk sekarang.

“Kau bilang apa?”

“Janji kita? Kau masih ingat kan?” tanyanya lagi, setengah bangkit dari kasurnya.

“Oh.. tentu, kau memintaku berjanji, jika kau benar-benar kembali ke tubuhmu dan ingatanmu selama menjadi hantu benar benar hilang, aku harus berusaha menjadi temanmu lagi”

“Nee… kau harus menepatinya”

“Hahhaha… tentu saja, tapi sebelumnya aku akan menjitakmu karena sudah benar-benar melupakanku” canda Juniel, ia menguap “Kau segitu inginnya ya tetap berteman denganku?”

“Siapa yang ingin berteman dengan mu?”

“Cih! Kau mulai lagi! Sungjae ya- simpan candaanmu, aku mengantuk..”

“Nee.. nee.. aku tak akan mengganggu lagi, sana tidur putri tidur!” kata Sungjae mengalah, ia pun bangkit untuk mengecek apakah Juniel sudah benar-benar tertidur.

“Mwo Sungjae ya?” Juniel menatapnya dan kemudian memejamkan matanya, tangannya memeluk guling.

“YA! Panggil aku oppa!! Dari profile ku di internet, jelas jelas aku lebih tua darimu!”

“….”

“Kau cepat sekali tidur…” keluh Sungjae, tapi tak lama sebuah senyum muncul di pipinya saat ia mendengar nafas teratur gadis di depannya. Ia pun memutuskan untuk berbaring kembali. Setengah dari dirinya merasa tidak ingin kembali ke tubuh aslinya, pikiran tidak dapat bersama Juniel lagi mulai menggerogoti otaknya dan dia tak suka itu.

Semuanya akan baik-baik saja, Juniel berjanji padaku dan dia tidak akan melupakan janjinya. Semoga. ’

 

===|Juniel PoV|===

 

“Jadi kau Xi Juniel dari Empire State Agency? Kau sudah ditunggu oleh manager Kim di ruangan 502, tepatya di lantai lima ruangan 02, kau akan membutuhkan ID ini untuk masuk” jelas karyawan di front office saat aku menanyakan manager Kim Sang Ho yang bertanggung jawab mengenai trainee transfer di Cube Ent ini. Aku pun mengucapkan terima kasih setelah menerima ID card bertuliskan visitor itu.

“Hmm… jadi dulu aku bekerja di sini?” Sungjae melihat ke sekeliling lobby dan mengikutiku yang berjalan ke arah lift “Besar juga, jadi kita kemana?”

“Ruangan 502, manager Kim ada di sana” kataku sambil menutup mulutku, karena ada beberapa pria berjas yang melewati kami “Bisakah kau tidak bertanya padaku? Aku akan dikira aneh karena bicara sendiri”

Aku pun menaiki lift  yang ternyata sedang kosong, sesekali melihat ke arah Sungjae yang memperhatikan lift dengan seksama. Tidak ada yang terlalu istimewa dengan lift ini kecuali kau bisa melihat tembus pandang ke arah luar, ke arah jalan layang dan gedung-gedung pencakar langit lainnya.

“Aku bisa merasakan, aku sudah terbiasa dengan gedung ini” kata Sungjae, ia tersenyum. Aku menganguk, rasanya tenang melihat Sungjae tersenyum rileks seperti ini. Sungjae memang sering tersenyum, tapi aku merasa ia hanya tersenyum untuk menyenangkan aku saja.

Aku menatap ke bawah dan melihat tangan Sungjae yang seolah hendak menggenggam tangannku, tapi tentunya tak berhasil karena ia tak akan bisa menyentuhku jika tidak aku yang menyentuhnya duluan.

Grep

Sungjae menatapku yang tetap melihat ke depan, ke arah pintu lift yang terbuka di lantai lima. “Aku tak akan bisa sampai sini tanpa bantuan mu” bisikku tanpa berpaling padanya.

“Yeah… aku juga..kajja!”

Cukup mudah menemukan ruangan 502, hanya berbelok sekali dari pintu lift aku langsung bisa menemukan sebuah pintu dengan jendela tertutup. Tapi aneh, di sini tidak seperti lantai untuk bagian perkantoran, tidak ada orang-orang berkemeja yang sedang sibuk kerja melainkan orang orang berpakaian kasual dan beberapa gadis dan pria yang lebih muda mengenakan baju model terkini. Ini lebih mirip dengan department trainee di agency ku dulu.

Tok tok tok

“Kau yakin tidak salah tempat?” tanya Sungjae, sepertinya dia berpikiran sama denganku. Aku hanya menaikkan bahu dan mencoba mengetuk pintu lagi.

Tok tok tok

“YA! Juniel!” Sungjae membelalakan matanya saat aku membuka pintunya yang ternyata tak terkunci.

“Tenang saja…” dan saat membuka pintu, yang pertama kali ku dengar adalah western music bergenre hiphop. Saat aku membuka pintu lebih lebar, tampak dengan jelas sebuah ruangan besar dengan salah satu dindingnya dilekatkan seutuhnya dengan cermin besar. Di lantai berpapan kayu itu, seorang pria shirtless, celana pendek hitam dan topi nike yang di balikkan sedang menari dengan luwesnya.

Dan yang pertama kali terlintas di benakku ‘Apa manajer Kim merangkap jadi idol juga? Atau banting setir?’

Jogiyo (Permisi)?  Manager Kim-sshi?” aku memanggil pria itu berulang ulang, tapi tampaknya ia terlalu larut dalam tariannya. Hmm.. aku harus mengakui jika dia lumayan juga, dan body nya juga bagus.

Perverted girl, apa yang kau lihat?” Sungjae menatapku curiga, aku jadi merasa malu karena ketahuan terus melihat pria ini.

“What??! Aku hanya mencoba menarik perhatiannya!” aku mengalihkan pandangan dari Sungjae dan tanpa sengaja melihat dvd player yang pastinya memainkan lagu ini. Cepat cepat kulepaskan tangan Sungjae, berjalan ke arah benda itu dan mematikannya.

“Nuguya? Hahh… hahhh…” namja itu tak perlu berbalik karena ia dapat melihat dengan jelas sosok ku di cermin, dahinya mengkerut sementara peluh membanjiri tubuhnya. Beberapa detik kemudian dia seperti tersentak dan buru buru mengambil hoodie di kursi sudut ruangan, mengenakannya dalam sekejap.

Aku mencoba memberikan kesan yang baik, maka aku pun menunduk 90 derajat “Annyeong haseyo, nama ku Xi Juniel, aku yang tadi pagi menghubungi mu manager Kim”

“Haaahhh??” sekarang dia terlihat bingung, perasaan ku mulai tidak enak. Apa aku benar-benar tidak salah orang? “Kau ini siapa sih? Kau bukan trainee di sini kan? Katakan.. bagaimana kau bisa masuk sini? Ck….bagaimana sih sistem keamanan disini?”

“Jogiyo… apa yang sedang kau lakukan?” aku benar-benar tak mengerti karena pria berhoodie itu malah mengambil selembar kertas dan menulisinya dengan spidol. Tak sampai tiga menit, ia menghampiriku untuk menyerahkan selembar kertas itu.

“Jadilah siswa baik dan lihat kami nanti di konser atau fan meeting saja, jadi sebelum ketahuan, cepat pergilah dari sini”

“Se.. sebentar.. sepertinya kau salah paham..” kataku begitu menyadari yang kupegang adalah kertas bertuliskan tanda tangannya yang ditujukan untukku “Aku kesini untuk—-“

“Ok.. oke, aku akan memberikannya padamu”

Zrukkk

Yang pertama kusadari adalah suara decitan lantai kayu yang disebabkan suara sepatuku saat pria berhoodie ini merangkulku dan menarikku ke dalam dadanya, seolah hal yang paling wajar, ia menepuk nepuk punggungku lalu melepaskanku yang seolah bisa pingsan saat itu juga karena shock. Aku memegang wajahku yang panas, wajahku pasti merah sekali sekarang.

Aroma tubuh dan cologne nya masih tercium di tanganku.

“Aku sudah memberi fan service terbaikku, jadi pulanglah anak manis”

Aku masih membeku, rasanya suara itu benar-benar dari kejauhan.

“YA!! HALLOO!!! XI JUNIEL!! SADARLAHHH!! YAAA!!!” Sungjae melambai lambaikan tangannya di depanku, yang membuatku saat itu sadar juga.

“Aishhh… singkirkan tanganmu Sungjae ya! Aku mendengarmu!! Sepetinya dia salah mengira aku sebagai fansnya!!” kataku kesal setengah malu, tapi beberapa detik kemudian mataku terbelalak dan kembali berbalik ke arah pria berhoodie ini. “Haha itu.. “

“Jjamkaman… kau bicara dengan siapa? Dan… “Pria di depanku diam sesaat, seolah berusaha mencerna apa yang jelas-jelas telah aku katakan “jadi kau bukan fansku?”

Kurasa aku akan mendapat banyak masalah gara-gara pria ini! >.< \\-_-

 

===Author PoV ====

 

Di saat yang sama

 

Seorang gadis remaja berambut ikal panjang yang terlihat pucat, terus menerus menggenggam erat telapak tangan pria muda yang terbaring di ranjang rumah sakit. Mata sipitnya yang terlihat lelah menatap penuh harap ke arah seorang pria setengah baya berjas putih dengan stetoskop yang menggantung di lehernya.

“Jadi bagaimana seonsaeng? Apa hal penting yang ingin dokter sampaikan?”

Pria setengah baya yang ternyata dokter itu menarik nafas sebelum berucap “Seperti yang anda tahu, Yook Sungjae-sshi sudah tidak sadarkan diri selama lebih dari satu tahun. Dari hasil tes yang kami pantau hingga hari ini, kondisi vitalnya semakin menurun, jadi…”

“Jadi bagaimana dokter? Bukankah di sini adalah rumah sakit terbaik di Korea? Biaya tidak masalah, tapi tolong selamatkan dia!” isak gadis itu, air matanya mulai menetes di wajah sembabnya. Ntah sudah berapa kali dia menangis.

“Maafkan saya, tapi jika tanda-tanda vitalnya selama ini terus memburuk atau dia tak menunjukkan tanda sadarkan diri dalam sebulan ke depan, kurasa dia tak akan bisa tertolong agasshi”

“ANDWAEEE!! Kau harus menyelamatkan Sungjae oppa! Hiks.. hiks.. dia akan bangun.. hiks…”

“Bagaimanapun kami akan melakukan yang terbaik, saya permisi dahulu agasshi” kata dokter itu lagi, jelas tak nyaman dengan suasana di depannya tapi dia juga maklum dengan keadaan gadis itu. Dia pasti kekasih pria bernama Sungjae ini, pikirnya.

Oppa… kau harus bangun… aku percaya padamu kau akan bangun….”

 

-Tbc-

 

Annyeong, Kunang’s here setelah berabad abad ga apdet T.T.. DAN jeng jeng jeng.. I’m back with a new FANTASY FF!!! Ini demi memuaskan ego  sebenernya, karena aku merasa sedih (mulai alay) karena Gong Taekwang T.T , I swear before if he’s rejected, I will CAST Yook Sungjae in my ‘IMAGINATION’ /abaikan/

Ada yang pernah baca Moonlight Destiny? Hmmm~~ terserah kalian mau anggap ini lanjutan FF itu apa kaga, ini bisa jadi YA atau TIDAK, tebak aja.. tapi lebih baik kalian tidak perlu memusingkan hal itu /emangnya ada yg pusing /

Oke.. so plz drop some comment ^^,, I will glad to read all and reply *tebar permen *gada yg ambil

Thank you, and see this 2nd chapter next week form this chapter published