Tags

, , , , , , , ,

HiddenFates_violetkecil

Title : Hidden Fates (HF); Chapter 8 : What is Your Dream?

Author : Kunang & AzumiAozora| Main Cast : Kim Jun Hyo (OC), Cho Min Hyun (OC), Kim Jun Myeon/Suho (EXO-K), Jang Hyun Seung (Beast), Park Chan Yeol (EXO-K), Choi Min Ho (SHINee)| Support Cast: find by your own  | Length : Chaptered | Genre :Family, romance, drama, friendship, supernatural | Rating  : PG-15

Disclaimer       : Kim Jun Hyo milik Kunang dan Cho Min Hyun milik Azumi, sedangkan Suho, Hyunseung, Chanyeol dan Minho milik mereka sendiri. Cerita ini murni milik dari weird- happy- chicken maniac– Kunang and cool-stubborn-lovelyAzumi Aozora, plagiat jauh-jauh sana sebelum dikirim Kris ke Galaxy lain terus digebukkin alien disono!

Summary        : There is a past, and There is a future. Everybody couldn’t avoid both of them. How if there were persons who can tell your past and future? Wanna take a look? This is the story about Jun Hyo – a *Psychometry ice princess yet beautiful rich heiress who hates losing– and Min Hyuna *Precognitiveclumsy girl yet lovely rookie doctor who loves green tea– .. When they see the things that shouldn’t be seen, the hidden fates are revealed.

8th Fate Revealed by Azumi Aozora

 

========= Cho Min Hyun PoV =========

 

Dear Min Hyun,

Terima kasih karena mau membantuku, tapi kurasa akan sulit sekali bagimu untuk menemukan mereka. Kisahku sangat rumit. Semua ini memang salahku. Dulu.., atau bahkan mungkin sampai sekarang? aku adalah wanita yang sangat mencintai harta dan popularitas. Mungkin karena itulah Tuhan menghukumku, karena aku tidak pantas menjadi ibu bagi anak-anakku.

Ketika anak pertamaku berumur 3 tahun, aku bahkan menelantarkannya dan juga suamiku demi keserakahanku. Lalu dua tahun kemudian, ketika si kembar lahir, saat itu dengan jahatnya aku berkata bahwa aku tidak menginginkan mereka, aku tidak ingin mereka lahir ke dunia ini. Si kembar bukanlah anak dari suamiku. Mereka lahir karena aku terlalu mencintai harta.

Tapi ibu mana yang tidak bahagia? Diam-diam aku merasa bahagia karena si kembar lahir, meskipun saat itu ada berjuta alasan mengapa aku tidak menginginkan mereka lahir.

Chan Hee…, dan Chan Yeol. Itu nama mereka. Aku bahkan tidak sempat melihat wajah mereka secara langsung selain dari foto yang diambil oleh suamiku. Suamiku sangat mencintai si kembar, meskipun ia tahu mereka bukanlah darah dagingnya sendiri. Mungkin di saat si kembar diculik pun, suamiku lah yang merasa paling sedih. Aku juga merasa sedih, tapi dengan jahatnya, saat itu terselip perasaan lega di hatiku.

Aku tidak tahu kemana mereka pergi, atau siapa yang menculik mereka dari rumah sakit. Aku menduga…, pacarku, yang merupakan ayah dari si kembar lah yang membawa mereka pergi. Tapi aku ragu. Untuk apa dia melakukan hal itu, di saat nama baik nya akan menjadi taruhan. Selain itu dia juga sudah mempunyai istri dan anak laki-laki, jadi dia tidak mungkin melakukan hal itu.

Suamiku sangat marah padaku karena aku tidak mau mencari si kembar. Saat itu aku memutuskan untuk pergi sejauh mungkin dari Seoul. Aku ingin melupakan masa laluku. Aku ingin meninggalkan masa laluku, terkubur selamanya di sana.

Tapi ternyata aku salah, sekeras apapun aku mencoba, masa lalu itu selalu menghantuiku. Semakin hari, aku semakin merindukan anak-anakku, terutama Chan Hee dan Chan Yeol.

“Aku ibu yang jahat bagi mereka, mereka pasti membenciku.” Kalimat itulah yang membuatku terus bertahan tinggal di sini dan meskipun aku sangat ingin menemui mereka, aku tidak melakukannya.

Aku sunggguh-sungguh tidak tahu dimana mereka, Min Hyun~nie. Apakah mereka tumbuh dengan baik? Apakah mereka sekarang kuliah sepertimu? Apakah mereka makan dan hidup dengan layak?

Aku tidak tahu apakah Tuhan mendengarkan do’a ku atau tidak, tapi yang bisa kulakukan sekarang hanyalah mendo’akan mereka. Semoga mereka baik-baik saja, di manapun mereka berada saat ini.

Min Hyun~nie, kau pasti bosan membaca curhatanku yang sangat panjang ini. Sekali lagi, terima kasih Min Hyun~nie, tapi kau tidak perlu mencari mereka.

 

Salam Hangat,

Diva

 

Aku menghela nafas panjang ketika membaca ulang e-mail yang dikirimkan oleh Diva hampir dua minggu yang lalu.

Bahkan sampai sekarang, aku masih tidak percaya bahwa anak itu adalah Park Chan Yeol yang kukenal. Bukankah takdir sangat aneh? Bila dulu ayah dan ibuku tidak mengalami kecelakaan di Jepang, bila dulu sahabat baik Diva juga tidak mengalami kecelakaan yang sama di Jepang, maka aku tidak akan mengenal Diva.

Mungkinkah takdir menginginkanku untuk membantu Diva? Apakah kali ini aku bisa menggunakan kekuatanku? Mungkin bila kekuatan anehku dan kekuatan aneh Jun Hyo digabungkan…maka aku bisa membantu Diva.

Sebenarnya, aku masih bingung. Bila dulu Chan Yeol dan Chan Hee diculik, bagaimana mungkin Chan Yeol bisa kembali pada suami Diva sementara Chan Hee tidak? Di mana Chan Hee? Apakah Chan Hee…. sudah tidak ada lagi di dunia ini?

============= End of Min Hyun PoV ==============

*****

 

======= Author PoV =======

@ESO Company, ruang CEO……

Suho terdiam sesaat sambil mengepalkan kedua tangannya erat-erat, berusaha tidak menyalurkan kekesalannya kepada pria yang merupakan ayah kandungnya sendiri. “Kau….aku tak peduli kalau kau membuangku, tapi kalau kau menyakiti Jun Hyo—“

“Maka dari itu, jangan buang waktuku dan cepat temukan anak itu!

Suho menggigit bibirnya, sebelum akhirnya dia mendongak dan menatap lurus mata ayahnya, “Aku sudah tahu siapa anak itu.

Pria berwajah dingin di hadapannya hanya menyeringai. “Aku tidak butuh kata-kata, Jun Myeon. Aku membutuhkan bukti.”

Setelah mengatakan itu, pria itu pun melambaikan tangannya, seolah mengusir Suho untuk segera menghilang dari hadapannya. Suho hanya bisa terdiam, benaknya dipenuhi berbagai emosi.

Suho masih mengepalkan kedua tangannya erat-erat, lalu segera keluar dari ruangan ayahnya sambil membanting pintu keras-keras. Kenapa tak ada satupun hal yang baik dalam keluarganya?! Ayahnya…, ibunya…, sama sekali tidak ada kasih sayang diantara mereka.

Hanya Jun Hyo yang membuatnya tetap tersenyum. Ia pun ingin melakukan hal yang sama untuk Hyo, membuatnya tersenyum juga. Ia tidak ingin Hyo dijadikan boneka oleh ayah mereka. Karena itulah, sejak bertahun-tahun lalu, Suho setuju untuk membantu mencari saudara kembar Hyo. Tidak mudah, namun juga tidak sulit baginya. Ia cerdas. Ia cekatan. Ia dapat mengumpulkan fakta-fakta dengan cepat.

Setelah menemukan anak itu…, bukan berarti Suho ingin menjerumuskan anak itu ke dalam kekuasaan ayah mereka. Tadinya Suho berpikir, bila ia bisa menemukan anak itu, maka hati ayahnya akan luluh. Tapi sepertinya ia salah. Ia terlalu menilai baik ayahnya. Ayahnya tidaklah sebaik yang ia pikirkan.

“Abeoji…, bahkan sejak dulu pun kau tidak menginginkan si kembar hadir di dalam hidupmu kan?” bisik Suho dengan suara bergetar.

Suho memacu mobilnya dengan kecepatan maksimal. Ia tidak pulang ke apartemennya, melainkan ke rumah. Tempat itu bahkan mungkin tidak akan ia sebut sebagai “rumah” seandainya Hyo tidak tinggal di sana.

Mobil Hyo belum terlihat di halaman, jadi ia pasti belum datang. Tapi Suho melihat ada sedan putih asing terparkir di depan rumahnya. Suho menyipitkan matanya saat melihat seorang wanita baru saja keluar dari dalam mobil itu sambil terhuyung-huyung. Seorang pria setengah baya berlari keluar dari dalam mobil dan langsung menahannya. Dengan geram, Suho pun keluar dari mobilnya dan segera menghampiri wanita itu.

“Eomma! Untuk apa kau datang kemari?!”

“Oh.., Junmyeon~ah…” wanita itu terkekeh, pandangan matanya tidak fokus. Sepertinya dia mabuk.

Suho menyentakkan lengan pria yang menahan ibunya itu dengan kasar. “Silakan pergi.” Suho berkata dengan nada dingin dan mematikan. Pria botak itu menatapnya dengan agak takut, kemudian pergi.

Ibunya melambaikan tangan dengan genit pada pria itu ketika pria itu memacu mobilnya menjauh, lalu menyandarkan tubuhnya ke tembok pagar. Senyuman masih terpampang di wajah cantiknya, tapi matanya menatap kesana kemari dengan tidak fokus, seolah ia bukan hanya baru menegak alkohol melainkan obatan-obatan terlarang.

“Kalau kau datang hanya untuk mengganggu Hyo dan abeoji, sebaiknya kau pergi, eomma!” Suho berusaha menahan emosi nya agar tidak terlalu meluap-luap. Sebenci apapun ia pada wanita di hadapannya itu, wanita itu tetaplah ibunya, orang yang melahirkannya ke dunia ini.

Wanita itu menyeringai. “Jangan berpikir ayahmu lebih suci dariku, Jun Myeon. Setidaknya aku tidak palsu seperti dirinya.”

“Kalian berdua sama saja.”

Wanita itu tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kau salah Jun Myeon.., kau salah. Kau pikir kenapa aku seperti ini? Semua itu karena ayahmu!”

“Kenapa kau membawa Hyo ke dalam keluarga kita, eomma?! Dia bisa saja hidup dengan bahagia sekarang ini bersama keluarganya, dan tidak perlu hidup dengan menderita di keluarga ini! Sejak dulu abeoji tidak menginginkannya!”

Wanita itu tersentak, tapi kemudian tertawa seperti orang gila. “Hahaha…hahaha…, kau sudah tahu? Sejak kapan kau tahu?”

Suho menutup kedua matanya, mengatur amarahnya tetap terkendali. Setelah agak tenang, ia membuka matanya dan kembali berbicara. “Apa sebenarnya tujuanmu, eomma?”

“Hahahaha, tujuanku?” Wanita itu menggangguk-anggukkan kepalanya dengan cepat. “Kau tanya apa tujuanku? Tentu saja untuk membuat ayahmu menderita! Kau pikir kenapa ayahmu bekerja mati-matian? Karena aku tidak memberikan harta orangtuaku padanya, ia melanggar kesepakatan kita, dia memiliki anak dari wanita lain, dan dengan senang hati aku membawakan anak itu padanya 20 tahun yang lalu. Hahaha…, kau ingin tahu apa tujuanku yang lain? Wanita sialan itu! Juga anak-anak kembar mereka! Aku ingin mereka semua menderita!”

Suho tidak tahu apakah ia harus merasa marah atau sedih melihat ibunya saat ini. “Eomma, tidakkah kau berpikir aku juga ikut menderita karenanya? Apakah aku tidak berarti apa-apa bagimu?”

“Omoooo~~ anakku….” Wanita itu menjulurkan sebelah tangannya ke pipi Suho, tapi suho menepisnya.

“Aku ingin memiliki keluarga normal dan bahagia, eomma. Tapi sepertinya mimpiku itu terlalu tinggi. Pergilah, eomma! Bukankah kau lebih bahagia bersama pacar-pacarmu?” Suho menyeringai kemudian segera berjalan menjauhi ibunya.

“Jun Myeon~aaah…” panggil ibunya, tapi Suho tetap berjalan dan sama sekali tidak menoleh. “Jun Myeon ~aaah, jangan berpikir kalau sekarang kau sudah mengetahui segalanya. Kau masih terlalu jauh untuk mengetahui semuanya, Jun Myeon~ah. Hahahaha….hahaha….”

Suho mengatupkan rahangnya, menahan diri untuk tidak berteriak pada ibunya. Ia masuk kembali ke dalam mobilnya, lalu segera tancap gas dari sana, meninggalkan salah satu mimpi buruk dalam hidupnya, ibunya.

Suho memukul stir mobil dengan kesal. Ia sebenarnya bukan orang yang mudah terpancing emosi, tapi ibunya dan juga ayahnya selalu saja bisa memancing amarahnya sampai rasanya seolah ia akan meledak.

Ketika mobil berhenti di lampu merah, Suho mengetik message untuk Hyo.

Hyo~ jangan pulang ke rumah, menginap saja di apartemenku, ne? Eomma barusan datang bersama pacarnya lagi. Tunggu aku di apartemenku, Hyo, aku akan beli makanan yang enak untuk malam ini. ^_^.

 

Setelah mengirimkan pesan itu pada Hyo, Suho melemparkan ponselnya ke jok di sampingnya. Ia yakin Hyo akan menuruti kata-katanya. Sama seperti dirinya, Hyo juga merasa tidak nyaman dengan kehadiran ibu mereka di rumah, apalagi bila ibunya membawa pria-pria asing ke rumah . Tapi berbeda dengan Suho, Hyo tidak tahu apa-apa tentang masa lalunya. Hyo tidak tahu kalau mereka memiliki ibu yang berbeda.

Amarah Suho masih belum reda, jadi ia memutuskan untuk berbelanja makanan sebanyak mungkin, untuk melupakan emosi negatif nya.

=========== End of Author PoV ===========

**********

 

========== Min Hyun PoV ========

Aku sebenarnya tidak suka tempat yang ramai seperti supermarket, tapi demi memberikan kejutan untuk kakakku, aku rela pergi ke tempat yang penuh orang ini hanya untuk membeli bahan baku masakan Meksiko.

Lusa kakakku ulang tahun. Aku tahu kakakku tidak suka bila aku repot-repot memberikannya hadiah, tapi aku yakin dia tidak akan menolak makanan. Dia kan sangat suka makan, apalagi makanan Meksiko.

Seharian besok aku akan sibuk di kampus dan pasti tidak akan sempat membeli bahan-bahan masakan ini, jadi aku pun memutuskan untuk membelinya sekarang saja.

“Minhyun?” terdengar suara dengan nada kaget di depanku. Aku mendongak dan melihat Suho Oppa. Trolley nya sudah penuh dengan berbagai makanan dan minuman, mulai dari bahan mentah sampai makanan kaleng dan snack.

“Kau belanja apa, Minhyun?” Suho tersenyum, tapi raut wajahnya terlihat sedih dan terluka. Raut wajahnya saat ini mengingatkanku pada saat ia berada di rumah sakit, ketika tahu Hyo tertusuk pisau dan harus menjalani operasi.

Untuk alasan yang tidak jelas, aku tidak suka melihatnya seperti ini. Aku berharap aku bisa melihat senyuman tulusnya, dan bukan hanya senyuman palsu nya. Dulu aku memang menganggapnya selalu tersenyum kapanpun, dimanapun, dalam situasi apapun. Tapi setelah mengenalnya lebih jauh…, aku bisa tahu kapan saat ia tersenyum sungguh-sungguh, dan kapan saat ia tersenyum meski hatinya tidak ingin tersenyum tapi tetap tersenyum hanya untuk membuat orang lain tersenyum.

“Aku….membeli bahan masakan untuk ulang tahun Kyu Oppa.” Jawabku sambil tersenyum tipis. Mataku masih menatap trolley nya.

“Kau bisa memasak makanan Mexico?” Suho terdengar terkejut. Rupanya ia mengenali bahan-bahan masakan Meksiko.

“Hmmm.” Aku mengangguk.

“Woaaaah, aku tidak mengira kau pandai memasak makanan asing. Apakah kapan-kapan kau mau mengajariku?” nada suara Suho terdengar ragu.

Aku mengangguk lagi. “Hmmm.”

Suho tersenyum lebar. Kali ini senyumnya terlihat tulus. “Gomawooo, Min Hyun ~ah. Ng….ng…, apakah… setelah belanja kau ada acara lain? Maukah kau menemaniku ke…., ah sudahlah, lupakan permintaanku tadi, Min Hyun~ah.”

Lagi-lagi, entah untuk alasan apa, aku ingin menemaninya. Mungkin karena saat ini aura Suho Oppa terlihat kelam dan murung? Aku ingin jadi menghiburnya. Tapi apa yang bisa kulakukan? Aku tidak pandai menghibur orang lain.

“Aku akan menemanimu, Oppa. Kemanapun.” Kataku.

Suho membelalakkan matanya. “Sungguh?”

Aku mengangguk. “Hmmm, tapi kau harus mengantarku pulang, karena aku tadi ke sini naik taksi.” Aku nyengir lebar.

Selama beberapa saat Suho hanya mematung. Sepertinya dia kaget melihat sikapku ini. Bipolar? Bukan. Tapi sikapku dihadapan orang yang asing bagiku / yang belum kukenal baik dengan dihadapan orang yang sudah kukenal baik memang sangat berbeda. Meskipun saat ini masih banyak hal yang belum kuketahui tentang Suho, entah mengapa aku merasa cukup nyaman bersamanya. Kurasa aku bisa mempercayainya. Kurasa aku bisa bersikap apa adanya di hadapannya.

Suho tersenyum hangat. “Oke, aku akan mengantarmu pulang.”

**********

 

Aku tidak menyangka ternyata Suho mengajakku bermain bowling. Dia tidak terlihat seperti tipe pria yang suka bermain bowling, maksudku….. kupikir ia tipe pria yang suka main catur.

Selama di perjalanan, Suho tidak memberitahuku kami akan pergi ke mana. Aku terus menebak-nebak. “Toko buku? Toko musik? Restoran Jepang? Kedai ice cream? Restoran Perancis? Taman?” Dan masih banyak lagi tempat-tempat yang kupikir merupakan tempat yang disukai oleh Suho. Siapa yang mengira ternyata dia senang bermain bowling?!

“Aku tidak terlalu pandai, tapi….yah… lumayan.” Kata Suho ketika kami sudah sampai.

Suho bohong. Dia sangat jago bermain bowling!

“Kapan-kapan kau harus bertanding dengan kakakku.” Ujarku. “Tapi sebelum bertanding dengannya, kau harus bisa mengalahkanku, Oppa. Aku lumayan sering menemani kakakku bermain.”

Suho nyengir lebar. “Kalau kau kalah, kau harus menuruti 5 permintaanku. Begitupun sebaliknya.”

Aku mengerutkan keningku. “5? Kenapa harus 5? Bukannya biasanya 3 ya?”

Suho tertawa. “Kalau di film Aladin mungkin iya. Hehehe. Jadi, deal?”

Aku mengangguk. “Oke.”

Sebelumnya aku tidak pernah menyangka akan bisa se-nyaman ini bersama dengan Suho. Aku bisa tertawa dengan lepas dan tanpa beban. Aku bisa menjadi diriku sendiri.

Meskipun aku kalah, aku senang karena hari ini aku bisa membuat orang lain tersenyum hanya karena kehadiranku.

***********

 

“Apa permintaan pertamamu, Oppa?” tanyaku. Saat ini kami sedang makan ice cream di dekat tempat bermain bowling.

“Hmmmmm. Aku belum memikirkannya.” Suho nyengir lebar. “Aku akan memberitahumu nanti kalau aku sudah tahu apa yang kuinginkan.”

Aku tertawa. “Oke.” Aku melirik jam tanganku. Sudah pukul 7 malam.

“Mau pulang sekarang? Kakakmu pasti akan khawatir kalau kau pulang terlalu malam.”

Aku mengangguk. “Hmmm. Tapi dia juga sering pulang malam. Suho Oppa, apakah kau tidak lapar?”

“Kau sendiri?” Suho malah balik bertanya.

Aku menggeleng. “Sepertinya aku terlalu banyak makan ice cream.”

“Hahahaha…hahaha…hahaha….” Kami pun tertawa.

“Aku sebenarnya lapar, tapi Hyo menungguku di apartemen.”

Aku mengangguk. “Kalau begitu kita pulang sekarang saja.”

 

Suho menepati janjinya dengan mengantarku pulang. Padahal aku tidak sungguh-sungguh memintanya untuk mengantarku, apalagi saat ini adiknya sudah menunggunya di apartemen, tapi Suho bersikeras ingin mengantarku, dia bahkan menggunakan permintaan pertamanya hanya untuk mengantarku pulang. Sangat konyol!

Selama di perjalanan menuju rumahku, kami membahas banyak hal. Dunia kedokteran? Sudah pasti. Tapi aku tidak mengira ternyata kami nyambung dalam hal lain seperti komik dan anime.

“Minhyun~ah…, menurutmu….apa mimpiku?”

Aku terkejut dengan pertanyaan Suho yang random. “Menjadi dokter terhebat di seluruh dunia?” tebakku.

Suho menolehkan kepalanya sekilas padaku sambil tersenyum hangat. “Hmmm. Tapi bukan itulah mimpi utamaku.”

Aku hanya terdiam. Kupikir selama ini impian Suho adalah ingin menjadi dokter yang paling hebat di Korea bahkan di seluruh dunia, karena itulah ia sampai mengajukan beasiswa S2 ke Jerman untuk tahun depan, setelah ia lulus.

“Mimpiku adalah…. memiliki keluarga yang bahagia.” Suho berkata pelan. Raut wajahnya berubah sedih. Apakah itu alasan mengapa hari ini ia terlihat sangat sedih? Karena keluarganya? Apakah hubungan ayah dan ibunya tidak baik?

“Apa mimpimu, Min Hyun?”

Aku tidak langsung menjawab pertanyaannya, melainkan menatap jalanan dengan pandangan menerawang. Mimpiku? Apa mimpiku? Aku tidak punya impian. Atau mungkin….aku punya, hanya saja aku mengabaikannya.

Suho tersenyum. “Tidak usah dijawab kalau kau tidak mau.” Katanya dengan nada lembut.

“Aku…., aku ingin membuat dan menyanyikan lagu yang bisa menyentuh hati semua orang. Lagu yang bisa menjadi harapan dan penyemangat bagi mereka. Lagu yang bisa meyakinkan mereka bahwa mereka tidaklah sendirian di dunia ini, bahwa bukan hanya merekalah yang menderita. Lagu yang menyentuh hati dan jiwa pendengar, kupikir…..itulah yang paling kuinginkan.”

Aku tidak tahu kenapa aku tiba-tiba mengatakan hal itu pada Suho, dan sekarang aku menyesalinya. Pasti Suho akan bertanya memangnya aku bisa menyanyi dan membuat lagu?

“Meskipun menggapai mimpi tidaklah mudah, jangan pernah menyerah, Min Hyun~ah.”

Aku tertegun mendengar kata-kata Suho barusan.

Suho tersenyum. “Aku mengatakan itu sekaligus untuk mengingatkan diriku sendiri.”

“Meskipun menggapai mimpi tidaklah mudah, jangan pernah menyerah, Suho Oppa.” Aku mengulangi kata-katanya. Suho tersenyum hangat. Lagi-lagi, untuk alasan yang tidak kutahu pasti, hatiku terasa hangat. Sepertinya Suho punya kekuatan untuk membuat orang lain terhipnotis oleh senyumannya.

Ketika kami sudah sampai di depan pagar rumahku, Suho tiba-tiba saja berkata. “Min Hyun~ah…aku…punya dua permintaan.”

Aku mengerutkan keningku. “Dua? Kau yakin, Oppa? Apa permintaanmu?” Aku heran. Memangnya apa yang Suho inginkan? Jangan-jangan dia akan menggunakan permintaannya hanya untuk bisa masuk ke dalam rumahku! Tidak perlu menggunakan permintaan untuk masuk ke rumahku!

Jawaban Suho mengejutkanku. Sepertinya hari ini Suho memang penuh kejutan.

“Permintaan ke-2 ku adalah…, aku ingin kau tidak marah atas permintaan ke-3 ku.”

“Hah? Memangnya apa permintaan ke-3 mu?”

“Aku ingin memelukmu.” Tanpa menunggu jawabanku, Suho langsung memelukku dengan erat.

Selama beberapa saat aku tidak bisa bernafas saking terkejutnya. Tapi lama-lama aku merasa rileks. Pelukan Suho terasa hangat, seolah ia menyalurkan semua energi positifnya padaku, dan sekaligus seolah ia ingin berkata bahwa ia tidak baik-baik saja, seolah dengan memelukku ia akan merasa baik-baik saja. Seolah dengan memelukku, semua beban dan kesedihannya akan terangkat dari pundaknya.

Aku menggelengkan kepalaku. Kenapa pikiranku jadi ngaco?

Suho melepaskan pelukannya, lalu tersenyum. “Gomawo, Min Hyun~ah. Sungguh, aku tidak menyangka hari ini aku bisa tersenyum lagi. Semua itu berkat dirimu, Min Hyun~ah. Terima kasih, aku…..sangat bahagia hari ini.” Suho berkata dengan tulus.

Aku tersenyum dan mengangguk. Rasanya menyenangkan saat orang lain berkata bahwa mereka bahagia karenaku. Aku jarang menjadi orang yang berguna, bahkan bagi kakakku sendiri. Aku lebih sering merepotkannya.

“Aku akan menyimpan 2 permintaan terakhirku dan menggunakannya baik-baik.”

“Jangan meminta yang aneh-aneh, Oppa.”

Arrasseo.” Suho tersenyum, tapi kali ini senyumannya agak jahil.

“Sampai besok.” Kataku, lalu segera keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumahku tanpa menengok lagi ke belakang. Aneh memang, tapi aku merasa kalau aku melihat wajah Suho lagi, aku jadi ingin memintanya tetap tinggal di sini. Ada apa denganku? Apa hari ini aku terlalu banyak makan ice cream ya sampai-sampai bukan hanya perutku yang error tapi juga otakku?!

**********

 

Beberapa hari kemudian……

Meskipun Diva berkata bahwa ia tidak memerlukan bantuanku untuk mencari anaknya, aku tetap ingin membantunya.

Agar aku tahu dimana Chan Hee berada, aku harus bertanya pada Chan Yeol. Tapi bagaimana caraku bertanya padanya agar ia tidak curiga?

Hari ini jadwal kuliahku longgar. Setelah kelas ilmu forensik selesai, aku tidak punya jadwal lagi. Jadi, aku memutuskan untuk menemui Chan Yeol.

Gedung Fakultas Bisnis dan gedung Fakultas Kedokteran tidak terlalu jauh. Aku bahkan biasa melewatinya kalau mau pergi ke perpustakaan pusat.

Aku mengikuti Chan Yeol dari jauh. Dia selalu dikelilingi teman-temannya. Aku tidak mungkin tiba-tiba muncul dihadapannya dan berkata, “Hai, Chan Yeol, kau tahu dimana Chan Hee?”

Aku akan dicap sebagai orang aneh. Tunggu! Bukankah orang lain memang sudah menjulukiku sebagai orang aneh?! Jadi, melakukan hal ini tidak termasuk aneh bagiku kan?

Min Hyun, pabo! Pikirkan bagaimana hasilnya nanti! Aku memarahi diriku sendiri dalam hati.

Aku terus menduga bahwa Chan Hee sudah meninggal. Tapi kapan? Kenapa? Aku harus tahu sebelum memberitahu pada Diva bahwa aku sudah menemukan Chan Yeol. Diva pasti akan sedih bila tahu hanya Chan Yeol lah yang bertahan. Aku harus bertanya pada Chan Yeol, karena mungkin saja dugaanku salah. Mungkin Chan Hee tidak tinggal di Korea. Bisa saja kan?

Aku berjalan mengendap-endap, lalu bersembunyi di balik pilar ketika Chan Yeol lewat bersama beberapa teman pria nya sambil tertawa. Salah satu temannya yang berwajah imut melirikku penasaran. Aku pura-pura melihat ponselku. Sepertinya Chan Yeol tidak menyadari keberadaanku. Fiuh.

“YAH! Kenapa kau berjalan mengendap-endap?!” suara annoying yang terasa akrab di telingaku tiba-tiba saja terdengar. Aku membalikkan badanku dan melihat Jang Hyun Seung yang menatapku dengan penuh selidik seolah ia adalah seorang detektif yang sedang meneliti tersangka.

Aku memukul lengannya dengan keras. Hyun Seung mengaduh kesakitan.

“Kenapa kau berjalan dengan mencurigakan di fakultas bisnis, Cho Min Hyun?” Hyun Seung berkacak pinggang.

“Bukan urusanmu!” tukasku tak sabar. Sosok Chan Yeol sudah tidak terlihat, aku tidak tahu dia pergi ke mana. Semua ini gara-gara Jang Hyun Seung!

“Min Hyuuuuuunnnnnn…., kau tidak lihat warna rambutku yang baru?” Hyun Seung menahan lenganku ketika aku hendak pergi. Dia memasang tampang seperti anak TK yang sedang merajuk karena tidak mendapatkan mainan yang ia inginkan.

“Ungu?” aku mendengus. “Kenapa tidak pink saja sekalian? Oh, atau warna pelangi?!”

Hyun Seung terkekeh dan langsung nyerocos dengan bersemangat. “Apakah pink akan terlihat bagus untukku? Hhmmm, warna pelangi mungkin akan terlihat freshdan one of a kind. Kekekekek…..”

Aku memutar kedua bola mataku. Dasar narsis, aneh, dan bodoh!

“Ayo, aku traktir kau minum kopi, karena kau sudah memberiku ide soal warna rambutku.” Hyun Seung langsung menarik lenganku. Grrrrrrr, Jang Hyun Seung, sebenarnya otakmu terbuat dari apa?! Kenapa kau tidak bisa membedakan mana sindirian dan mana yang bukan?!

Karena tenaga Hyun Seung terlalu kuat, aku tidak bisa melarikan diri dari cengkramannya. Jadi, daripada lenganku sakit karena ditarik-tarik olehnya, lebih baik aku mengikutinya dengan sukarela.

Kedai kopi “S” yang terletak di sebrang gerbang utama universitas memang jadi favorit anak-anak kampus. Aku sebenarnya tidak terlalu suka kopi, jadi aku hanya memesan matcha latte.

Kami duduk di dekat jendela. Syukurlah, aku tidak terlalu suka duduk di tengah.

“Mana teman-temanmu, Oppa?” tanyaku. Biasanya ketiga teman, atau yang Hyun Seung sering juluki anak buah, selalu mengikutinya kemanapun ia pergi.

Hyun Seung menyesap espresso nya, lalu menjawab. “Kai dan Tao ada di kelas.” Jawab Hyun Seung enteng.

“Lalu kenapa kau ada di sini?”

Hyun Seung hanya mengangkat bahu dengan cuek. Sudah kuduga.

“Oppa, jangan bolos terus. Memangnya kau mau di Drop out?”

Hyun Seung tidak menanggapi perkataanku. Ia menyesap lagi espresso nya lalu berkata, “Kris pindah ke China kemarin lusa.”

“Mwo? Kenapa kau tidak memberitahuku? Tsk! Dia pergi tanpa pamit padaku.”

Hyun Seung terkekeh. “Rupanya kau mulai terikat pada anak-anak buahku.”

“Tentu saja. Bagaimana tidak? Biasanya setiap hari mereka mengikutiku di kampus. Pantas saja selama beberapa hari ini aku terbebas.” Sindirku.

“Kai dan Tao merasa sedih karena Kris harus pindah.”

“Apakah kau merasa sedih juga, Oppa?”

“Kenapa aku harus sedih?!” elak Hyun Seung, tapi lalu dia terbatuk pelan. Aku tahu tadi dia berbohong. Dia pasti juga merindukan temannya yang bertubuh tinggi dan berambut pirang itu.

Suasana kedai mulai ramai ketika serombongan mahasiswa masuk. Sudah kukatakan sebelumnya, aku tidak terlalu suka keramaian. Aku mulai bergerak-gerak tak nyaman di kursiku.

“Mau mendengar laguku?” tiba-tiba saja Hyun Seung berkata.

Aku mendongak lalu tak sengaja bertatapan dengan kedua matanya yang jernih. Selama beberapa saat, aku melihat sekelebat bayangan masa depannya. Aku melihat….. Hyun Seung menyanyi di atas panggung, dan semua orang bersorak sorai untuknya.

Tanpa menunggu jawabanku, Hyun Seung langsung memakaikan headset ke telingaku. Aku mulai mendengar alunan nada rock ballad, dan kemudian suara merdu Hyun Seung mulai terdengar. Aku tidak tahu ternyata si pabo ini memiliki suara yang sangat indah!

Selama hampir 4 menit, aku terhanyut ke dalam lagunya. Lagunya sangat menyentuh hati. Lagu yang menggambarkan keinginan untuk terbebas dari “keharusan” yang ditetapkan oleh orang lain. Lagu yang menggambarkan perjuangan untuk menggapai apa yang dicita-citakan.

“Kau…, membuat lagu ini sendiri, Oppa?” tanyaku.

Hyun Seung nyengir lebar. “Hmmm. Bagaimana? Kau suka?”

Aku mengangguk. “Aku…tidak tahu kalau kau bisa membuat lagu dan bernyanyi.”

Hyun Seung terkekeh. “Tapi Kyu Hyun hyung tahu. Sejak dulu…., inilah mimpiku. Menjadi musisi, penyanyi, dan menjadi aktor musical. Meskipun ayahku menentangku habis-habisan, aku tidak peduli. Aku sudah sering tampil di café-café dan pub. Kalau kau mau, kau bisa menonton, Min Hyun!” Hyun Seung berkata dengan nada bersemangat. Aku hanya tersenyum mendengarnya. Semua orang punya impian. Bedanya.., ada yang berani untuk mewujudkannya, dan ada yang tidak.

************

 

Takdir memang aneh. Seharian kemarin aku berusaha untuk berbicara pada Chan Yeol, sampai-sampai mengikutinya kemanapun ia pergi di kampus, tapi tidak berhasil berbicara padanya. Tapi hari ini, ketika aku sedang menulis paper untuk lomba karya ilmiah di perpustakaan, sama sekali tidak menginginkan gangguan, dan sama sekali tidak kepikiran tentang Chan Yeol, Diva, dan Chan Hee, tiba-tiba saja Chan Yeol duduk di sampingku dan menyapaku.

“Annyeong, Min Hyun!” Chan Yeol nyengir lebar dengan cengiran khas nya sambil melambaikan tangannya dengan riang.

Aku tersentak kaget, tapi kemudian balas menyapanya, “Annyeong, Chan Yeol.” Kataku dengan awkward. Aku tahu, sekarang aku pasti terlihat seperti orang idiot! Ini adalah kesempatanmu, Cho Min Hyun! Tanyakan padanya tentang Chan Hee!

Chan Yeol terlihat sibuk mengetik sesuatu di laptop nya sambil sesekali membaca buku tebal di sampingnya.

“Chan Yeol….” Panggilku.

Chan Yeol menoleh padaku sambil nyengir. “Ada apa, Min Hyun~nie?”

“Mmmm, kakakmu baik-baik saja kan?” tanyaku.

“Yoora noona? Hmm. Dia baik-baik saja. Aku senang karena sepertinya kelas yoga yang dia ikuti membuat pikirannya lebih tenang.” Jawab Chan Yeol dengan riang.

“Apakah kau punya saudara lain selain Yoora eonni?” tanyaku hati-hati.

Chan Yeol menggeleng. “Tidak. Hanya kami berdua.”

Aku hanya terdiam selama beberapa saat. Benarkah? Apakah Chan Yeol berkata yang sebenarnya? Tapi nada suaranya barusan memang terdengar sungguh-sungguh.

Bagaimana ini? Kalau memang benar Chan Yeol tidak tahu dimana Chan Hee, bahkan tidak tahu bahwa dirinya ternyata punya saudara kembar, apakah itu berarti Chan Hee tidak pernah kembali sejak dulu? Apakah si penculik……

Aku menggelengkan kepalaku kuat-kuat, mencoba mengusir pikiran-pikiran buruk dari benakku.

“Min Hyun~nie, kau kenapa? Pusing?” tanya Chan Yeol.

Aku tersenyum tipis. “Tidak. Aku…. aku pergi dulu.” aku cepat-cepat membereskan buku-bukuku, lalu segera berjalan pergi dari sana.

Bagaimana kalau apa yang kutakutkan ternyata benar? Bagaimana kalau Chan Hee sudah meninggal saat ia bayi? Tapi… mungkin saja Chan Hee sekarang ada di keluarga lain kan? Diadopsi?

Tapi kenapa dulu hanya Chan Yeol yang kembali? Kenapa si penculik tetap menahan Chan Hee? Siapa sebenarnya yang dulu menculik Chan Hee dan Chan Yeol?

Diva berkata di e-mail nya bahwa dulu ia menduga pacar nya lah yang menculik si kembar, tapi ia merasa ragu. Apakah mungkin…, memang benar pacar nya lah yang menculik si kembar? Mungkin pacarnya memang hanya ingin mengambil salah satu dari si kembar dan meninggalkan bayi yang satu lagi untuk Diva.

Atau….bagaimana kalau yang menculik si kembar ternyata adalah istri dari pacar Diva? Tapi untuk apa? Kenapa dia melakukan hal itu?

Atau.., mungkin saja suami Diva merahasiakan tentang Chan Hee pada Chan Yeol karena ia tidak berhasil menyelamatkan Chan Hee saat bayi dulu? Mungkin dulu suami Diva hanya bisa menyelamatkan Chan Yeol?

Rasanya kepalaku mau meledak saking pusingnya memikirkan berbagai teori. Aku berjalan agak terhuyung lalu duduk di bangku taman yang sepi. Tanpa menunggu lagi, aku langsung menulis e-mail untuk Diva.

 

Dear Diva,

Diva, bagaimanapun aku ingin membantumu. Kurasa aku sudah mendapatkan beberapa petunjuk, tapi aku belum bisa memberitahukannya padamu. Yang bisa kuberitahukan padamu hanyalah…, aku pernah melihat rumah itu, rumah yang ada dalam foto yang kau tunjukkan padaku waktu itu.

Ada banyak kemungkinan di mana Chan Yeol dan Chan Hee berada. Aku ingin menyelidiki mantan pacar mu dulu, kalau kau tidak keberatan.

Sepertinya aku terlalu banyak menonton film detektif ya? Hehehe. Maafkan aku, Diva. Kau tidak perlu memberitahuku kalau kau memang tidak menginginkannya. Maaf kalau aku terlalu ikut campur masalahmu. Aku hanya ingin membantumu. 🙂

 

Salam Hangat,

Hime

 

**********

 

Keesokam malam nya…..

Sudah lama sekali Yoora eonni, kakak perempuan Chan Yeol, tidak pernah muncul lagi di rumahku dan menunggu kakakku. Kalau ia datang…, mungkin aku bisa bertanya padanya tentang Chan Hee.

“Min Hyunnie~ aku bawa donut untukmu.” Kyu Hyun Oppa berteriak dari lantai bawah.

“Ne, Oppaaaaa!” Aku pun segera turun dari kamarku.

Kini, setelah Yoora eonni tidak pernah lagi datang ke rumah ini, kakakku jadi lebih sering pulang lebih awal. Aku jadi penasaran dengan kisah masa lalu mereka.

Aku memakan donut greentea dengan lahap. Kyu Oppa hanya nyengir lalu mencubit kedua pipiku dengan gemas. Aku mendelik kesal padanya, lalu mulai menyuapinya donut cokelat.

“Oppa, kenapa dulu kau putus dengan Yoora eonni?”

Kyu Hyun Oppa tampak terkejut dengan pertanyaanku. Tapi detik berikutnya ia tertawa. “Kau bertanya seolah kau tidak kenal siapa aku, Min Hyunnie.”

Aku mengangguk. Tentu saja aku tahu. Mungkin ini hanya kebetulan saja.

Tiba-tiba telepon yang tersambung dengan pos satpam yang menjaga rumahku berbunyi. Aku mengangkatnya karena akulah yang paling dekat dengan telepon. “Ya, ahjussi. Ada apa?”

“Aggaeshi, barusan ada nona yang sering datang kemari dan menunggu Tuan Kyu Hyun. Tapi dia hanya datang sambil membawa kue cheesecake untuk Anda dan Tuan Kyu Hyun.”

“Ahjussi, jangan biarkan dia pergi!” kataku dengan cepat.

“Min Hyun? Kenapa?” Kyu Oppa terlihat bingung dengan sikapku yang tergesa-gesa. Tanpa menjawab pertanyaannya, aku terus berlari ke luar rumah dengan cepat.

“Dia sudah terlanjur pergi, Agaesshi….” Kata satpam rumahku ketika aku berlari melewati pos nya, tapi aku tidak peduli, aku hanya terus berlari keluar pagar.

Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok Yoora eonni yang berjalan menjauh. “YOORA EONNIIIIIIIIIIII!” Teriakku dengan sekuat tenaga. Nafasku terengah-engah.

Untunglah Yoora eonni mendengar teriakanku. Ia membalikkan badannya dan tersenyum padaku. Cepat-cepat aku berlari menghampirinya.

“Min Hyun~ah…, kenapa kau mengejarku? Aku membawakanmu kue kesukaanmu. Maaf…, aku tahu dulu aku sering sekali merepotkanmu. Kurasa aku memang depresi karena putus dengan kakakmu.”

Aku masih mengatur nafasku yang memburu. Setelah nafasku agak normal, aku mulai bicara. “Terima kasih, eonni. Kenapa….kau tidak mampir dulu?”

Yoora eonni tersenyum. “Aku melihat mobil Kyu Hyun. Dia pasti sudah datang kan? Aku…, tentu saja aku sangat ingin menemuinya, tapi aku tidak ingin membuat kekacauan lagi dan merepotkannya.” Yoora eonni menggigit bibir bawahnya.

Selama beberapa detik, aku merasa simpati padanya, tapi kemudian aku ingat apa tujuan awalku mengejarnya. “Eonni, apakah kau punya adik perempuan?”

Raut wajah Yoora langsung berubah seketika. Sepertinya dugaanku tepat. Yoora eonni pasti mengetahui sesuatu.

“Kenapa….kau tiba-tiba bertanya hal itu, Min Hyun~nie?”

Aku hanya terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa.

“Omo~ apa kau pernah melihat foto di dompetku? Pasti saat aku mabuk dan datang ke rumahmu ya? Omo…, Min Hyun nie, kuharap kau tidak memberitahu Chan Yeol tentang hal ini.”

Mataku membelalak lebar, kemudian aku mengangguk. “Iya, eonni. Aku….melihatnya di dompetmu.” Kataku, berbohong.

Yoora menghela nafas panjang. “Itu satu-satunya foto kedua adikku yang kumiliki. Saat itu aku masih kecil, aku tidak ingat banyak hal. Yang kutahu hanyalah…, ibu kami meninggalkan kami setelah kedua adikku diculik. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi ayahku menemukan Chan Yeol di depan rumah kami malam itu, tanpa Chan Hee. Sampai sekarang… kami tidak tahu dimana Chan Hee berada, atau siapa yang menculik mereka waktu itu dan mengembalikan Chan yeol pada kami.”

Dadaku berdebar keras saat mendengar penjelasan dari Yoora eonni. Ternyata salah satu teoriku benar. Mungkinkah…..yang menculik si kembar memang mantan pacar Diva alias ayah kandung si kembar?

Yoora eonni meraih kedua tanganku dan menggenggamnya dengan erat. “Min Hyun~ah, kumohon….jangan beritahu Chan Yeol tentang hal ini. Aku tidak ingin dia sedih. Dia bahkan tidak tahu bahwa dia punya saudara kembar. Dia hanya tahu bahwa ibu kami meninggalkan kami. Itu saja.”

Aku mengangguk. “Baiklah, eonni. Aku tidak akan memberitahunya.”

Yoora eonni tersenyum. “Gomawo.” Ia memelukku sekilas, lalu berkata. “Sudah malam, sebaiknya kau masuk ke rumahmu.”

Aku mengangguk. “Ne, eonni. Hati-hati di jalan, eonni…”

“Ne…” Yoora tersenyum lagi. Di saat tidak sedang mabuk, Yoora eonni sebenarnya wanita yang manis dan baik. Aku heran mengapa kakakku melepaskan wanita sebaik Yoora eonni.

Setelah sosok Yoora eonni tidak terlihat lagi, aku pun berbalik dan berjalan dengan gontai menuju rumahku. Kalau apa yang Yoora eonni katakan adalah benar, maka aku semakin mencurigai mantan pacar Diva. Aku harus tahu siapa mantan pacarnya! Dengan begitu, mungkin aku bisa mendapat petunjuk tentang keberadaan Chan Hee.

Seolah bisa mendengar harapanku, ponselku bergetar. Aku mengeluarkannya dari dalam saku jaket ku dan hampir terjatuh ketika membaca notifikasi. E-mail dari Diva!

 

Dear Min Hyun,

Aku benar-benar berterimakasih kalau kau memang ingin membantuku, Min Hyun~nie. Semoga hal itu tidak mengganggu kuliahmu.

Sungguh? Kau pernah melihat rumahku dulu? Apakah kau tinggal di dekat sana?

Aku benar-benar ingin tahu tentang anak-anakku, tapi aku merasa takut. Bagaimana kalau mereka tidak hidup dengan layak seperti harapanku….

Nama ayah si kembar adalah Kim Jun Su. Dia CEO ESO Company. Dulu aku terlalu tamak akan harta dan popularitas. Aku mendapatkan semua itu darinya, tapi sekarang aku menyesal.

Aku menyesal karena dulu menyia-nyiakan suamiku dan anak perempuanku. Tapi kurasa…, aku tidak menyesal telah melahirkan si kembar. Sayangnya…, aku menyadari hal ini dengan sangat terlambat.

Terima kasih atas semua bantuanmu, Min Hyun~nie. Kalau kau ada di sini saat ini, aku ingin memelukmu. ^^.

 

Salam hangat,

Diva

 

Mulutku menganga lebar. Kim Jun Su? CEO ESO company? Bukankah dia adalah……

 

===== TBC ====

 

From Azumi : Akhirnyaaaaa…., chapter 8 ini beres juga. >_<. Semua ini berkat kata-kata Kunang tadi malem yang bilang kalau dia cuma bisa setia nunggu si gue beresin part ini. Wah, ternyata kata-katanya lebih ampuh dibanding kalau disuruh “Cepet beresiiin.” Atau “Lanjutin pleaseeee yang cepet yaa, udah nggak sabar niih, keburu lumutan nungguinnya.” (ala-ala reader klo nagih lanjutan).

“Aku cuma bisa setia menunggu”, kata-kata itu lebih ampuh ternyata. Wkwkwkwk.

Dasar anak golongan darah B banyak alesan dan bandel, suka seenaknya dan moody! Kkkkkkkk…. *dissing myself*

Hayoooh pada bingung nggak nih sama cerita ini? Bakal banyak hal nggak terduga yang akan terjadi deh pokoknya. Siapin popcorn buat baca chapter selanjutnya dan selanjut-selanjutnya yaa! Hihihi.

Setelah baca FF ini, jangan lupa comment. Meski cuma satu kata, comment kalian sangat berarti. ^_^

 

From Kunang : ahahhahahha padahal kata-kata itu adalah manifestasi dari kegasabaran akuu buat ngu lanjutannya AHAHHA, kan udah bosen azumi kalo pke kata-kata klise (?) *dibuang

dan gw anak golongan darah 0 yang tukang nunda2 kerjaan~~ ohh FF yg itu? tar bulan depan mungkin *dan akhirnya bresnya tiga bulan kmudian *dilempar, tp gol drah O kaya aku kece lohh.. supel,suka sok kenal dan kepo *dijitakkin gol drah O yang ga ngerasa

kalo kata azumi siapin popcorn, kata aku si siapin tisu *buat ngelap bekas bumbu popcorn dimulut kalian lohhh…

thx before ^^, and please leave any comment